kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Lima tahun ke depan, Aerowisata setop bangun hotel


Rabu, 01 Juni 2016 / 15:27 WIB
Lima tahun ke depan, Aerowisata setop bangun hotel


Reporter: Pamela Sarnia | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. PT Aero Wisata memutuskan untuk berhenti membangun hotel dalam lima tahun ke depan. Sebagai gantinya, anak usaha PT Garuda Indonesia Tbk ini akan lebih agresif menambah hotel yang dikelola.

"Ke depannya kami lebih mengutamakan pengelolaan hotel. Jadi, kami tidak lagi secara khusus mengembangkan properti," kata Gatot Satriawan, Direktur PT Aerowisata kepada KONTAN, di Gedung Smesco Rabu (1/6).

Keputusan ini diambil sejak tahun lalu. 

"Sampai lima tahun ke depan strategi ekspansinya adalah pengelolaan hotel. Memang ada arahan dari induk untuk lebih banyak berinvestasi di katering dan transportasi," ujar Gatot.

Gatot mengemukakan, alasan penghentian pembangunan hotel, salah satunya dipicu aktor persaingan yang ketat dan pendapatan dari hotel yang masih belum besar.

Kalaupun akan membangun hotel lagi, kata Gatot, perusahaan akan membangun hotel bintang tiga. "Soalnya pasarnya lebih besar," papar dia.

Hotel terakhir yang akan dibuka oleh Aerowisata ialah hotel bintang empat Kila Infinity 8 yang berlokasi di Jimbaran, Bali. 

"Akan dibuka dalam waktu dekat," ujar dia tanpa mengungkapkan waktu pembukaan hotel tersebut.

Sejauh ini, Aerowisata memiliki enam unit hotel dengan tiga merek hotel, yakni Prama berbintang lima, Kila bintang empat, dan Asana bintang tiga. Keenamnya ialah Asana Agung Putra Bali, Prama Sanur Beach, Prama Grand Preanger, Asana Kawanua, Kila Sengigi Beach, Pool Villa Club Lombok, dan Asana Biak Papua.

Gatot menambahkan, kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari bisnis katering dan transportasi lebih besar dari bisnis hotel.

Dari empat lini bisnis aerowisata, yakni katering, travel, transportasi, dan hotel, pendapatan terbesar berasal dari katering. 

"Tahun lalu saja pendapatan katering Rp 2 triliun dari total pendapatan Rp 3 triliun," kata dia.

Kontributor pendapatan terbesar setelah katering ialah travel, kemudian disusul tranportasi dan hotel.

Cuma, Gatot tidak bisa menyebutkan target pendapatan tahun ini. Tapi, dia yakin pendapatan tahun ini lebih baik dibanding 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×