kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.692.000   25.000   1,50%
  • USD/IDR 16.378   -30,00   -0,18%
  • IDX 6.544   -103,96   -1,56%
  • KOMPAS100 969   -16,40   -1,66%
  • LQ45 761   -12,48   -1,61%
  • ISSI 200   -2,94   -1,45%
  • IDX30 394   -5,31   -1,33%
  • IDXHIDIV20 473   -5,74   -1,20%
  • IDX80 110   -1,85   -1,65%
  • IDXV30 116   -0,87   -0,75%
  • IDXQ30 130   -1,69   -1,28%

Lokal mulai geser ekspatriat


Rabu, 24 Februari 2016 / 16:46 WIB
Lokal mulai geser ekspatriat


Reporter: Asih Kirana Wardani, Oginawa R Prayogo | Editor: Asih Kirana

Seiring dengan kelesuan ekonomi, pasar perekrutan tenaga kerja secara umum juga mengendur. Banyak perusahaan menahan diri untuk merekrut tenaga kerja baru. Bahkan, sebagian perusahaan terpaksa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Namun, berdasarkan Survei Gaji Global 2016 atau Global Salary Survey 2016 yang dirilis oleh Robert Walters, Januari lalu, kebanyakan PHK terjadi pada tenaga kerja tidak terampil atau buruh.

Kondisi berbeda terjadi di pasar tenaga kerja profesional. Justru perusahaan-perusahaan besar, termasuk perusahaan multinasional, masih berebut untuk mendapatkan tenaga kerja yang terbaik.

“Permintaan untuk tenaga kerja profesional dengan keterampilan tinggi dan kemampuan dwibahasa masih sangat tinggi,” ujar Vicky Semidang, Marketing Manager PT Robert Walters Indonesia.

Pasalnya, ketersediaan tenaga profesional dengan kualifikasi tersebut masih sangat terbatas di Indonesia. Kelangkaan diperparah oleh penyerapan tenaga kerja ini dari sektor e-commerce yang sedang berkembang pesat.

“Kondisi di Indonesia adalah talents driven, di mana kandidat menjadi penentunya. Jadi, pencari kerja bersedia berinvestasi untuk mendapatkan talenta terbaik,” jelas Vicky.

Survei Robert Walters mengindikasikan, kelangkaan tenaga kerja profesional di Indonesia yang terjadi tahun lalu masih akan berlanjut pada tahun ini.

Mengincar diaspora

Meski pasokan tenaga kerja ahli terbatas, kelesuan ekonomi sejak tahun lalu memaksa perusahaan-perusahaan di sektor tertentu untuk memangkas tenaga kerjanya, terutama tenaga kerja asing.

Sektor yang mengalami penurunan paling parah adalah sektor energi, di antaranya bisnis minyak dan gas (migas) serta bisnis batubara.

“Dulu pada masa jayanya, gaji fresh graduate bisa Rp 7 juta–Rp 8 juta. Sementara gaji manager di lapangan di angka US$ 7.000–US$ 8.000. Tapi itu dulu. Sekarang kalau tidak di-PHK, sudah pasti berkurang gajinya karena efisiensi,” ujar Haryo Suryosumarto, founder sekaligus Managing Director PT Headhunter Indonesia (HHI).

Untuk mengisi posisi kosong yang ditinggalkan oleh pekerja asing, perusahaan-perusahaan kini mulai mengincar tenaga kerja lokal profesional, terutama yang fasih berbahasa Inggris dan pernah tinggal di luar negeri, baik untuk bersekolah maupun bekerja.

“Banyak klien kami mencari talenta lokal yang berpengalaman di luar negeri,” ujar Vicky.

Diaspora Indonesia menjadi pilihan lantaran kualitas profesionalnya tak kalah dengan tenaga kerja asing. Selain itu, bisa menghemat biaya perusahaan.

Maklum, untuk merekrut ekspatriat, perlu biaya di luar gaji yang tidak sedikit, misalnya untuk fasilitas perumahan, mobil keluarga, hingga tambahan staf.

Selain itu, perusahaan harus mengurus kontrak kerja yang kerap merepotkan. "Kami mulai melihat tendensi, klien kami dari perusahaan besar dan multinasional meminta tenaga kerja lokal saja. Sebab, dengan kondisi ekonomi yang berat, kenapa harus membayar lebih jika bisa merekrut seseorang dengan kualitas yang sama?" imbuh Vicky.

Di pihak lain, banyak diaspora Indonesia yang saat ini mencari kesempatan untuk kembali ke Indonesia. Salah satu alasannya karena telah terlalu lama tinggal di luar negeri dan ingin kembali dekat dengan keluarga.

“Kami punya kandidat yang telah lama bekerja di Australia dan ingin kembali ke Indonesia,” Vicky memberi contoh.

Berdasarkan Global Salary Survey 2016, Robert Walters menyebutkan, 53% pengusaha yang disurvei bersedia memberikan gaji lebih tinggi 15% atau lebih untuk warga negara Indonesia yang bersedia kembali bekerja di tanah air.

Sementara itu, warga Indonesia di luar negeri yang percaya keahliannya dibutuhkan oleh pengusaha lokal mencapai 70% dari total responden.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×