kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,06   -1,44%
  • KOMPAS100 1.138   -20,96   -1,81%
  • LQ45 901   -18,70   -2,03%
  • ISSI 224   -1,86   -0,82%
  • IDX30 463   -11,32   -2,38%
  • IDXHIDIV20 560   -12,38   -2,16%
  • IDX80 130   -2,40   -1,81%
  • IDXV30 139   -1,66   -1,18%
  • IDXQ30 155   -3,12   -1,97%

Lokasi Pelabuhan Cilamaya bisa berpindah


Senin, 30 Maret 2015 / 16:24 WIB
Lokasi Pelabuhan Cilamaya bisa berpindah
ILUSTRASI. Menulis jurnal atau diary bisa menjadi salah satu cara mudah yang bisa dilakukan untuk melakukan detox pikiran.


Reporter: Agus Triyono | Editor: Uji Agung Santosa

JAKARTA. Pemerintah masih mematangkan lokasi pembangunan Pelabuhan Cilamaya. Untuk itu rencananya Wakil Presiden Jusuf Kalla akan meninjau langsung lokasi pelabuhan tersebut.

Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, kunjungan JK akan dilakukan Kamis (2/4. "Kami akan melihat seberapa jauh sebaran pipa dan anjungan di sana, itu akan menentukan lanjut di sana atau tidak," katanya di Istana Negara, Senin (30/3).

Seperti diketahui, rencana pembangunan Pelabuhan Cilamaya selama ini memang mendapat banyak tentangan. Salah satunya, dari DPR. Oleh karena itu mereka meminta pemerintah untuk bisa meninjau rencana pembangunan pelabuhan tersebut dan menggeser pembangunannya ke wilayah timur Jawa Barat, salah satunya, Indramayu. Permintaan ini disampaikannya dengan berbagai pertimbangan. Salah satunya, dampak negatif pembangunan.

Ketua Komisi VII DPR RI Kardaya Warnika  mengatakan, kalau pemerintah ngotot membangun pelabuhan di Cilamaya ada banyak masalah besar yang akan mengintai. Pertama, terjadinya gangguan eksplorasi migas lepas pantai. "Perlu dicatat, Karawang, Indramayu, hasil minyaknya per hari mencapai 40.000 barel, gas itu mencapai 200 juta kaki kubik per hari yang bisa digunakan untik empat pabrik pupuk, bayangkan kalau pelabuhan dibangun di situ, bisa terganggu semua," kata Kardaya, Selasa (10/3).

Kedua, terjadinya gangguan listrik di kawasan Jakarta dan sekitarnya. Kardaya mengatakan bahwa 60% bahan bakar yang digunakan untuk pembangkit listrik yang menyuplai Jakarta dan sekitarnya dipasok dari kawasan tersebut.

Kardaya khawatir, jika pemerintah ngotot membangun Pelabuhan Cilamaya, dia khawatir pembangunan tersebut akan mengganggu pasokan bahan bakar yang diperlukan untuk pembangkit- pembangkit listrik tersebut.

"Kalau pembangunan dilakukan berarti itu berhenti, cari  minyak di situ terganggu, kalau itu terjadi dampaknya, pertama jelas pabrik pupuk akan stop beroperasi dan petani cari pupuk susah, listrik ke Jakarta dan kawasan industri mati semua rugi," katanya. Ketiga, terganggunya sektor pertanian di Karawang yang selama ini terkenal sebagai daerah penghasil beras.

Aditama Sardjito, Manajer Media PT Pertamina mengatakan bahwa bagi Pertamina, pembangunan Pelabuhan Cilamaya bisa mengancam produksi Blok PHE ONWJ di lepas pantai Jawa Barat yang besarannya mencapai 45 ribu barel per hari.

Atas potensi kerugian itulah Pertamina kata Adit beberapa waktu lalu berkirim surat dan minta pemerintah untuk membatalkan proyek tersebut. Sementara itu Asep Saefudin, Ketua Gerakan Masyarakat Tolak Pembangunan Pelabuhan Cilamaya yang juga warga Cilamaya bertekad akan terus menolak pembangunan pelabuhan yang berpotensi menghilangkan 150.000 hektar sawah mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×