kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

LTV melonggar, penjualan properti belum melar


Jumat, 30 September 2016 / 11:47 WIB
LTV melonggar, penjualan properti belum melar


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Pelonggaran batas maksimum pemberian kredit atau loan to value (LTV) masih belum berimbas ke penjualan properti. Meskipun kebijakan bank sentral ini sudah ada efek ke pihak perbankan.

Para pebisnis properti merasa, penjualan produk properti terutama hunian yang banyak berhubungan dengan kredit kepemilikan rumah atau KPR sejauh ini masih stagnan. 

Menurut Harun Hajadi, Managing Director Grup Ciputra, selama satu bulan kelonggaran LTV berlangsung, pertumbuhan penjualan masih belum memenuhi target. "Memang, kelonggaran LTV membantu mendongkrak penjualan properti, tapi kenaikan masih belum terasa," katanya kepada KONTAN, Kamis (29/9).

Salah satu penyebab masih belum ngebutnya penjualan properti ,lantaran para investor atau orang yang biasa membeli properti saat ini tengah disibukan dengan urusan amnesti pajak. "Pembeli potensial produk kami memang lagi sibuk menyiapkan amnesti pajak," tuturnya lagi.

Meskipun begitu, Harun mengakui,  penjualan properti di Grup Ciputra, khususnya hunian memang sudah tumbuh. Jumlahnya, menurut dia,  masih belum terlalu bagus, yakni sekitar 12%. 

Tapi pertumbuhan penjualan ini baru berlangsung di periode Agustus hingga September ini. Sedangkan penjualan di bulan Juli, menurut dia,  tidak terlalu bagus. 

Nah, menurut Harun, efek gulir dari bisnis properti ini, terutama produk hunian bisa lebih kencang lagi bila mendapat dukungan dari pihak perbankan. Misalnya menurunkan suku bunga kredit pemilikan rumah (KPR). 

Maklum, sebagian besar penjualan properti hunian memakai metode pembayaran via KPR. Di Grup Ciputra, sekitar 45% konsumen memanfaatkan KPR.

Lebih baik dari 2015 

Pernyataan Harun mendapat dukungan pengembang PT Jaya Real Property Tbk (JPRT). Menurut Arum Prasasti, Sekretaris Perusahaan Jaya Real Properti, konsumen  umumnya lebih suka melihat suku bunga KPR turun, ketimbang bisa mencicil rumah dengan uang muka sekitar 10% dari harga rumah. "Memang ada konsumen yang minta uang muka rendah, tapi  pengguna KPR lebih tertarik suku bunga yang rendah," katanya kepada KONTAN.

Sedangkan PT Perdana Gapura Prima Tbk (GPRA) mengakui, kelonggaran LTV ini cukup membantu penjualan produk properti perusahaan ini. Maka, pengguna KPR di perusahaan ini terbilang besar, yakni mencapai 80%. "Dibandingkan tahun lalu,  saat ini, sebenarnya lebih baik," ucap Arvin F Iskandar, Managing Director PT Perdana Gapura Prima kepada KONTAN.

Tak heran bila  Gapura Prima saat ini tengah berpromosi  bisa menggenjot penjualan properti.  Dagangannya seharga Rp 500 juta sampai Rp 1 miliar per unitnya.  Arvin tidak menjelaskan target penjualan  produk hunian ini.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×