Reporter: Amalia Fitri | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di sektor properti, PT Maha Properti Indonesia Tbk (MPRO) membeberkan sepanjang kuartal III 2019 berhasil mengikis angka kerugian sebesar Rp10,6 miliar.
Suwandy, Direktur MPRO menjelaskan, di luar laporan keuangan yang tersusun, pihaknya bahkan telah berhasil membalik kerugian mencapai sekitar Rp93 miliar karena ada uang muka penjualan yang diterima. Namun demikian, pihaknya berharap dapat memperkecil angka kerugian sampai Rp6 miliar sampai akhir 2019.
Baca Juga: Tahun 2019 tinggal sebulan, IHSG termasuk indeks berkinerja terburuk
"Angka perolehan penjualan tersebut belum bisa dibukukan, karena peraturan Pemberlakuan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 44. Jadi sebenarnya, bisa dikatakan kinerja kami lebih baik dari sebelumnya, namun belum tercakup secara keseluruhan," ujar Suwandy ditemui saat paparan publik di Mayapada Tower II, Jakarta Selatan, Jumat (6/12).
Menilik laporan keuangan perseroan kuartal III 2019, MPRO masih menderita rugi Rp 18,00 miliar. Namun besaran rugi tersebut menciut 41% dibandingkan kuartal III 2018 di angka Rp 30,75 miliar. Sementara pendapatan perseroan meningkat hampir mencapai 200% di nilai Rp89,56 miliar dari yang hanya Rp29,97 miliar.
Suwandy lantas merespon pula kebijakan PSAK 72 yang berpotensi menghilangkan penerimaan perusahaan properti karena hanya proyek yang sudah melalui serah terima saja yang diakui penjualannya.
Baca Juga: IHSG turun 0,68% sejak awal tahun, namun sejumlah saham ini justru melaju
"Kebijakan akuntansi tersebut bisa memberatkan, namun itu kebijakan yang harus dipatuhi dan dijalani. Kami sendiri selalu menginfokan pada investor untuk melihat dari sisi aliran kas masuk dari penjualan, yakni uang muka penjualan dan akun uang muka penjualan di neraca. Sebab sebagian besar dana kami ada di sana yang belum dapat dibukukan sebagai pendapatan di laporan laba rugi," jelasnya.
Sampai September 2019, MPRO mengantongi marketing sales sebesar Rp 89,56 miliar meningkat 27% dari periode yang sama tahun lalu. Sampai akhir 2019, Suwandy optimistis bisa mencapai penjualan mencapai 95% atau setara dengan RP 78 miliar dari target yang dicanangkan.
Sementara serapan capex tahun 2019 sebesar Rp 89 miliar sudah terserap 90% dan banyak dialokasikan pada pembiayaan pembangunan proyek Simprug Signature di daerah Jakarta Selatan.
Baca Juga: Begini prospek 10 saham pemimpin bursa menurut sejumlah analis
Adapun nilai aset, liabilitas, dan ekuitas berkurang masing-masing 13,65%, 35,95%, dan 1,51%. Aset berada di angka Rp1,77 triliun, jumlah liabilitas berada di angka Rp462,09 miliar dan ekuitas sebesar Rp1,30 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News