Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Markus Sumartomjon
JAKARTA. Jelang Lebaran ternyata menguntungkan bagi makanan dan minuman impor. Penjualan makanan impor diprediksi meningkat saat puasa dan Lebaran tahun ini.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Franky Sibarani memprediksi bahwa penjualan produk makanan impor di bulan puasa dan Lebaran tahun ini bakal meningkat 15%-20%. "Setiap ada peningkatan konsumsi di dalam negeri pasti memberikan peluang bagi makanan dan minuman impor masuk ke pasar lokal," katanya kepada KONTAN kemarin.
Lonjakan penjualan makanan impor juga berkat tidak terpenuhinya permintaan beberapa jenis produk makanan oleh produsen domestik. Misalnya, produk olahan berbahan baku daging dan ikan. Makanan berbahan baku terigu dan minuman siap saji bisa pebisnis lokal penuhi.
Menurut Franky, lonjakan impor makanan mulai terjadi sejak Mei lalu. Secara tradisi, impor makanan meningkat dua bulan sebelum puasa. Saat mendekati puasa, status makanan impor ini sudah masuk tahap distribusi dan siap dipasok ke berbagai daerah, termasuk ke luar Jawa.
Pertumbuhan penjualan makanan dan minuman di pasar dalam negeri yang selalu di atas 10% saban tahunnya, menjadi peluang bagi produsen makanan impor. Apalagi adanya keterbatasan pasokan untuk produk tertentu, seperti yang berbahan baku daging dan ikan.
Dus, peningkatan penjualan produk makanan impor jelang Lebaran nanti pun bakal berkontribusi di semester kedua ini. Franky memprediksi penjualan produk makanan impor di semester kedua tahun ini bisa tumbuh 10%-12% dari periode yang sama tahun lalu.
Alhasil, impor produk makanan sepanjang tahun ini diprediksi bakal melonjak 10% dibanding tahun lalu. Kalau tahun lalu nilai impor makanan dan minuman sebesar Rp 33 triliun, maka tahun ini diprediksi bakal menyentuh angka Rp 36 triliun.
Produk makanan asal Malaysia diprediksi masih menyumbang kue pasar makanan impor yang terbesar. Tahun lalu, pangsa pasar produk makanan asal negeri Jiran mencapai 23,69%. Lantas diikuti makanan asal China sebanyak 14,22%, makanan Thailand sebesar 9,79% dan Singapura mencapai 8,48%.
Meski terjadi lonjakan, toh pangsa pasar produk makanan impor tidak lebih dari 5% dari total pangsa pasar makanan domestik. Pasalnya, permintaan makanan lokal diprediksi melonjak hingga 30% jelang Lebaran.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News