Reporter: Amailia Putri Hasniawati |
JAKARTA. Sutaryo, Wakil Ketua Gabungan Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (KOPTI), menyatakan saat ini makin sulit membeli kedelai lokal. "Kalau pun ada jumlahnya sangat minim," katanya.
Sutaryo menyatakan, kebanyakan perajin atau produsen tahu dan tempe memakai bahan baku kedelai impor. Saat ini, sekitar 70% kebutuhan kedelai di dalam negeri harus dipenuhi impor.
Sebenarnya, pemerintah memasang target untuk bisa menaikkan produksi kedelai sebesar 20% setiap tahun sehingga pada tahun 2014 nanti, agar kebutuhan kedelai bisa dipenuhi dari dalam negeri. Hal itu akan diwujudkan melalui program swasembada kedelai pemerintah.
Menurut program tersebut, tahun ini produksi kedelai dipatok 1,3 juta ton. Kemudian tahun 2011 dan 2012 target tersebut masing-masing naik menjadi 1,56 juta ton dan 1,9 juta ton. Target produksi tahun 2013 dan 2014 masing-masing 2,25 juta ton dan 2,7 juta ton.
Seiring dengan target produksi yang terus naik tersebut, impor kedelai juga diharapkan secara bertahap akan berkurang. Maka tidak aneh apabila ARAM II BPS yang memproyeksikan penurunan produksi kedelai tersebut cukup mengkhawatirkan.
Sutaryo berharap, pemerintah benar-bernar serius mengurangi impor kedelai. sebab, selama masih tergantung kedelai impor, para pengusaha tahu tempe akan terimbas oleh fluktuasi harga kedelai di pasar dunia.
Pelaksana Tugas Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Sumardjo Gatot Irianto berpendapat, angka BPS tersebut baru perkiraan sementara. Dia berkata, masih ada waktu untuk menggenjot pertumbuhan produksi pada enam bulan ke depan.
Menurut Gatot, penurunan produksi itu juga disebabkan iklim, sehingga produksi tidak maksimal. Gatot berharap, Agustus 2010 mendatang sudah masuk musim kering sehingga bisa memacu produksi kedelai lokal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News