kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Malaysia andalkan lahan gambut untuk tanam sawit


Rabu, 17 Agustus 2016 / 16:19 WIB
Malaysia andalkan lahan gambut untuk tanam sawit


Reporter: Dikky Setiawan | Editor: Dikky Setiawan

KUCHING. Menanam kelapa sawit di lahan gambut bukan hal yang haram. Pengalaman Negara Bagian Serawak Malaysia membuktikan, perkebunan kelapa sawit di lahan gambut bisa dikelola secara berkelanjutan dan memberi manfaat ekonomi yang sangat besar.

Hal ini ditegaskan oleh Abdul Hamed Sepawi, Ketua Sarawak Oil Palm Plantation Owners Association, saat menjadi pembicara dalam 15th International Peat Congress di Kuching Serawak Malaysia, Selasa (16/8). 

Abdul Hamed Sepawi menegaskan, tidak ada alasan bagi negara lain untuk takut menanam kelapa sawit di lahan gambut.

“Kelapa sawit adalah minyak nabati yang paling murah jika dibandingkan dengan minyak nabati lainnya,” kata Sepawi di depan sekitar 1.000 peserta kongres gambut terbesar di dunia itu.  

Pengembangan perkebunan kelapa sawit, kata Sepawi, juga berperan besar dalam menyerap gas karbondioksida ke dalam bentuk karbon yang padat yang bisa dimanfaatkan sebagai biomassa. Dan ini akan mendukung keberlanjutan dari minyak nabati yang dihasilkan. 

“Kami telah menjadi pelopor pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut,” klaim Sepawi.

Sepawi menjelaskan, sejumlah isu dan tantangan yang dihadapi ketika kali pertama mengembangkan kelapa sawit di lahan gambut. 

Salah satu tantangan itu adalah bahwa kebunkelapa sawit tersebut harus memenuhi standard yang ditetapkan oleh MSPO (Malaysian Sustainable Palm Oil) dan kriteria keberlanjutan lainnya.

“Tentu saja diperlukan teknik dan inovasi yang ilmiah untuk mengubah kondisi lahan gambut yang tidak kondusif menjadi sebuah areal untuk pengembangan budidaya, dalam hal ini perkebunan kelapa sawit.

”Meski pada tahap awal sulit, namun dengan inovasi yang dilakukan, produktivitas tanamankelapa sawit di lahan gambut Serawak bisa meningkat dari 12 ton tandan buah segar (TBS) per hektar per tahun menjadi 30 ton per hektar per tahun. 

“Sekarang semua kerja keras yangkami lakukan membuahkan  hasil yang sangat   baik. Dan Serawak menjadi contoh sukses pengembangan perkebunan kelapa sawit di lahan gambut,” kata Sepawi yang juga menjadi salah satu pimpinan di Ta Ann Holding Berhad.

Namun, ketika secara teknis ilmiah pengembangan sawit di lahan gambut sukses, tantangan lain datang. 

“Tantangan baru itu adalah maraknya kritik dan serangan dari sejumlah LSM asing yang mengusung kepentingan minyak nabati dari Eropa yang semakin sulit bersaing dengan minyak sawit,” imbuh dia.

Sepawi menambahkan, serangan dan kampanye negatif terhadap kelapa sawit terutama perkebunan kelapa sawit di lahan gambut, tak ubah seperti cara-cara negara kolonial Belanda ketika ingin menguasai perdagangan di daerah jajahannya di Maluku.   

Serangan terhadap kelapa sawit yang dengan menggunakan LSM, tak ubahnya sikap penjajah di zaman kolonial dahulu.   

“Dalam konteks ini, seharusnya para produsen minyak nabati bersatu untuk memenuhi kebutuhan dunia, bukan malah menyerang kelapa sawit,” tandas Sepawi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×