Reporter: Muhammad Julian | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja PT Pinago Utama Tbk menyusut di sembilan bulan pertama tahun ini. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, emiten berkode saham PNGO ini hanya mencatatkan penjualan sebesar Rp 995,48 miliar di sepanjang Januari-September 2020, turun 23,59% dibanding realisasi periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 1,30 triliun.
Bersamaan dengan penjualan yang turun, laba neto tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk atau laba bersih perusahaan ikut turun 91,24% secara tahunan atau year-on-year (yoy) dari semula Rp 31 miliar pada Januari-September 2019 menjadi Rp 2,71 miliar di Januari-September 2020.
Direktur Keuangan dan Sekretaris Perusahaan PNGO Meli Tantri menjelaskan, kinerja penjualan perusahaan yang turun dipicu oleh penjualan karet dan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) yang melemah.
Baca Juga: Intip rencana ekspansi bisnis Jasa Armada Indonesia (IPCM) di tahun depan
Menurutnya, penurunan penjualan yang terjadi pada lini produk karet disebabkan oleh turunnya harga jual karet, sementara penjualan CPO yang melemah lebih disebabkan oleh volume penjualan yang turun akibat pasokan tandan buah segar (TBS) yang menyusut.
Mengutip data internal perusahaan, volume penjualan CPO di sepanjang Januari-September 2020 hanya mencapai 45.934 metrik ton (MT). Angka tersebut lebih rendah bila dibandingkan dengan realisasi volume penjualan CPO pada periode sama tahun lalu yang mencapai 66.461 MT.
“Untuk produk CPO, kendati harga jual membaik namun terjadi penurunan pasokan TBS sebagai dampak musim kering tahun 2019 lalu dan berimbas pada turunnya volume penjualan CPO,” kata Meli kepada Kontan.co.id, Jumat (20/11).
Sejalan dengan penjelasan Meli, penjualan lini karet dan sawit perusahaan memang masing-masing mengalami penurunan. Sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, penjualan karet PNGO tercatat turun 25,86% yoy menjadi Rp 564,79 miliar, sedangkan minyak sawit dan inti sawit turun 20,43% yoy menjadi Rp 424,88 miliar. Penjualan kompos sama belaka, lini penjualan tersebut tercatat mengalami penurunan 17,21% menjadi Rp 5,80 miliar di tiga kuartal pertama tahun ini.
Baca Juga: Dwi Guna Laksana (DWGL) cetak laba Rp 66,34 miliar di kuartal III, ini pendorongnya
Untungnya, kondisi sudah mulai membaik di kuartal IV tahun ini. Berdasarkan pengamatan Meli, harga jual karet sudah mulai kembali meningkat di kuartal IV. Bila sebelumnya harga karet SIR 20 atau crumb rubber berada di kisaran kurang lebih US$ 1,1 - US$ 1,3 per kg selama Juni-September 2020, saat ini posisi harga karet SIR 20 berada di sekitar US$ 1,6 per kg.
Di samping itu, peluang juga datang dari musim panen puncak yang terjadi di kuartal IV. Dus, baik produksi CPO maupun karet di kuartal IV 2020 diperkirakan akan mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan realisasi kuartal II maupun kuartal III tahun ini.
Makanya, PNGO ingin mengail peluang yang ada dengan memaksimalkan kinerja produksi. Caranya, PNGO akan menambah tenaga pemanen dengan memanfaatkan mekanisme tenaga borongan.
Baca Juga: Konsorsium WIKA raih kontrak pembangunan green building di UGM
Selain itu, PNGO juga akan melakukan pembelian alat-alat unit evakuasi buah demi menjaga kelancaran pengiriman buah, serta mengadakan pemberian insentif bagi pemanen yang bisa mencapai target panen.
Terlepas dari peluang yang muncul, realisasi penjualan PNGO diperkirakan meleset dari target. Proyeksi perusahaan, realisasi penjualan di sepanjang tahun ini akan mencapai kurang lebih Rp 1,5 triliun lebih rendah dari target penjualan semula yang dipatok sebesar Rp 1,7 triliun.
Selanjutnya: PTPP raih kontrak baru Rp 12,57 triliun per Oktober 2020, didominasi proyek BUMN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News