Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - Industri kosmetik dalam negeri masih menjanjikan keuntungan besar. Terbukti mengutip data beauty, market, survey (BMS) dari Nielsen dan Euro Monitor, pasar bisnis industri kosmetik nasional cukup besar.
Tahun lalu, nilai penjualan industri kosmetik mencapai Rp 36 triliun. Dari jumlah itu, produk segmen perawatan kulit atau skin care porsinya mencapai 31,7%. Sehingga, wajar kue yang besar itu diperebutkan oleh pemain-pemain kosmetik baik dari dalam negeri maupun luar negeri.
Product Manager Sariayu PT Martina Berto Tbk Meicy Laurencia mengamini hal ini. Ia menyebut di Indonesia, bisnis segmen perawatan kulit khususnya wajah, sangat sangat dinamis dan berpotensi tumbuh tiap tahun.
Selain itu segmen facial care dibutuhkan hampir disegala usia dan gender. Hanya saja ia menyebut pelaku bisnis di segmen ini cukup banyak sehingga, setiap pebisnis kosmetik dituntut lebih kreatif dan inovatif agar bisa memenangkan persaingan.
Pada lima tahun yang lalu produk facial care mungkin hanya untuk perempuan dan anak-anak. Tetapi sekarang facial care bahkan sudah merambah ke target pengguna laki-laki, kata Meicy kepada KONTAN, Senin (11/9).
Martina Berto mengusung tiga strategi bisnis agar bisa langgeng menjaga pangsa pasar di bisnis kosmetik ini. Pertama, selalu melakukan inovasi supaya produk yang dijual memenuhi kebutuhan dan memuaskan konsumen.
Kedua, menjaga ketersediaan produk. Produk harus mudah ditemukan karena facial care merupakan mass category market. Sehingga ketersediaan dan visibililty berperan penting, kata Meicy.
Ketiga, Martina Berto berupaya agar produk-produk facial care hasil produksinya tetap kompetitif ketimbang kompetitor. Produk-produk facial care kami, semuanya pasti mempunyai efikasi (uji keuntungan atau komparasi) sehingga bukan janji janji semata, ujar Meicy.
Kontribusi kosmetik segmen facial care cukup besar terhadap pendapatan perusahaan berkode saham MBTO di Bursa Efek Indonesia ini. Tahun ini Martina Bento menargetkan penjualan sekitar Rp 750 miliar. Jika dibandingkan pendapatan 2016 yang sebesar Rp 685 miliar, artinya perusahaan ini memasang target tumbuh moderat sekitar 9%.
Guna memperluas penetrasi pasar, unit bisnis Martha Tilaar Group ini telah membeli lisensi merek dagang produk haircare Rudy Hadisuwarno. Transaksi pembelian brand ini telah direalisasikan pada tahun 2016 lalu, dengan alokasi dana senilai Rp 58 miliar.
Upaya lain yang ditempuh MBTO untuk menyehatkan keuangan perusahaan ini adalah dengan memperbesar penjualan melalui e-commerce. Toko online di domain marthatilaarshop.com telah eksis tiga tahun belakangan. Memang, kontribusi penjualan e-commerce tahun lalu belum terlalu besar, namun ada tumbuh yang lumayan.
Tahun ini, manajemen MBTO menganggarkan belanja modal sekitar Rp 64,8 miliar. Dari jumlah itu sebanyak Rp 23,8 miliar akan diserap untuk pemeliharaan mesin dan penambahan produksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News