kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.929.000   -4.000   -0,21%
  • USD/IDR 16.274   -99,00   -0,60%
  • IDX 7.927   68,06   0,87%
  • KOMPAS100 1.113   9,98   0,90%
  • LQ45 829   6,70   0,81%
  • ISSI 265   0,63   0,24%
  • IDX30 429   3,15   0,74%
  • IDXHIDIV20 497   3,62   0,73%
  • IDX80 125   1,07   0,86%
  • IDXV30 133   1,90   1,45%
  • IDXQ30 139   1,18   0,85%

Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap Hadapi Ancaman Siber


Senin, 25 Agustus 2025 / 18:00 WIB
Mayoritas Perusahaan di Indonesia Belum Siap Hadapi Ancaman Siber
ILUSTRASI. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan paparan keamanan siber dalam The Finance Executive Forum, Selasa (14/11/2023)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebanyak 89% perusahaan di Indonesia masih belum siap menghadapi ancaman keamanan siber. Fakta ini terungkap dalam Cybersecurity Readiness Index 2025 yang dirilis Cisco, yang menunjukkan hanya 11% perusahaan di tanah air memiliki kesiapan memadai untuk menangkal serangan digital yang kian kompleks dan beragam.

Menurut Edward, Direktur PT Nusa Network Prakarsa, rendahnya kesiapan tersebut terjadi karena banyak perusahaan masih memandang ancaman siber sekadar isu teknis, bukan persoalan serius yang bisa mengancam keberlangsungan bisnis.

“Serangan siber bukan hanya soal pencurian data. Dampaknya bisa melumpuhkan operasional hingga merusak reputasi perusahaan di mata publik,” kata Edward dalam keterangannya, Senin (25/8).

Baca Juga: OJK Terbitkan Pedoman Keamanan Siber Perdagangan Aset Kripto, Ini Penjelasannya

Ia menambahkan, salah satu penyebab utama lemahnya pertahanan siber perusahaan adalah minimnya investasi di bidang teknologi dan infrastruktur keamanan digital. Banyak perusahaan masih melihat keamanan siber sebagai beban biaya, bukan investasi jangka panjang yang krusial untuk menjaga keberlanjutan bisnis.

Selain itu, rendahnya kesadaran manajemen juga memperburuk keadaan. Keamanan siber sering kali tidak masuk dalam agenda strategis, sehingga keputusan bisnis lebih berfokus pada keuntungan jangka pendek tanpa mempertimbangkan potensi kerugian besar akibat serangan digital.

Salah satu tantangan terbesar dalam menghadapi ancaman siber adalah keterbatasan sumber daya manusia yang benar-benar ahli di bidang keamanan digital. Jumlah profesional cybersecurity masih sangat minim, sehingga banyak perusahaan kesulitan membentuk tim internal yang mampu merancang sekaligus menjalankan sistem pertahanan yang efektif.

Baca Juga: Serangan Siber Meningkat, Sinergi Keamanan Digital Perlu Diperkuat

Menurut Edward, solusi atas masalah ini tidak bisa lagi ditunda. Perusahaan perlu membangun kesadaran sejak level manajemen, menyiapkan anggaran khusus untuk keamanan, serta melatih karyawan agar mampu mengenali dan mencegah potensi serangan siber.

“Keamanan siber adalah tanggung jawab bersama. Perusahaan harus berkolaborasi dengan mitra berpengalaman untuk membangun ekosistem digital yang aman, sehingga data, reputasi, dan keberlanjutan bisnis tetap terjaga,” tegas Edward.


Sebagai perusahaan system integrator terpercaya, PT Nusa Network Prakarsa hadir untuk membantu berbagai perusahaan dalam menciptakan sistem keamanan siber yang kokoh. 

Dengan pengalaman dan keahlian di bidang teknologi,  perusahaan ini menyediakan solusi terintegrasi mulai dari infrastruktur jaringan, keamanan data, hingga manajemen risiko digital. Komitmen ini sejalan dengan misi perusahaan untuk mendukung transformasi digital yang aman dan berkelanjutan bagi dunia bisnis di Indonesia.

Selanjutnya: Prabowo Anugerahkan Tanda Kehormatan Kepada 141 Tokoh, Ini Daftarnya

Menarik Dibaca: 6 Rekomendasi Serum Retinol Korea Terbaik, Rahasia Glass Skin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Tag


TERBARU
Kontan Academy
[Intensive Workshop] AI-Powered Scenario Analysis Procurement Strategies for Competitive Advantage (PSCA)

[X]
×