Reporter: Pratama Guitarra | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Megah Surya Pertiwi pada kuartal I 2018, merealisasikan pengoperasian fasilitas pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) feronikel line keempat, di Kepulauan Obi, Halmahera Selatan, Maluku Utara dengan kapasitas 60.000 ton per tahun.
Teddy Badrujaman, Presiden Direktur Megah Surya Pertiwi mengatakan bahwa saat ini pihaknya sudah memiliki smelter empat line produksi feronikel yang dibangun di Lokasi yang sama. Masing-masing kapasitasnya mencapai 60.000 ton feronikel per tahun.
"Pertama kami membangun tiga line dengan kapasitas masing-masing 60.000 ton. Tahap ke dua satu line, untuk yang keempat ini baru saja selesai kapasitasnya sama," kata Teddy saat ditemui di Jakarta, Kamis malam (1/6).
Dia menyebutkan, pembangunan smelter empat line ini tidak membutuhkan waktu yang lama. Pembangunan tiga line smelter dimulai pada kuartal II tahun 2015 dan bisa dioperasikan pada kuartal IV tahun 2016. Sementara line yang keempat hanya membutuhkan waktu satu tahun.
"Tahun 2017 kami konstruksi dan kuartal I tahun 2018 sudah beroperasi. Sehingga total produksi kami saat ini mencapai 240.000 ton feronikel," ungkapnya.
Seluruh produksi Megah Surya Pertiwi tahun 2017 diekspor ke China. Namun tahun ini sudah ada penjajakan lain yakni di Taiwan dan India. Hanya saja, Teddy belum bisa menjabarkan porsi yang akan diberikan ke dua negara tersebut. "Yang jelas Taiwan sudah tembus dan India sedang kami coba," tandas Teddy.
Sekarang, realisasi produksi feronikel sampai April 2018 ini sudah mencapai 49.000 ton dari target kapasitas smelter mencapai 240.000 ton. Adapun untuk realisasi ekspornya mencapai 36.000 ton. Teddy bilang, meskipun realisasinya rendah, ia yakin targetnya bisa tercapai. Feronikel selalu terserap lantaran permintaannya tetap tinggi.
Megah Surya Pertiwi sudah menggelontorkan investasi senilai US$ 380 juta tidak hanya untuk membangun keempat line smelter itu. Melainkan, untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 3 x 38 megawatt (MW) untuk kebutuhan listrik empat line smelter.
Sementara, untuk suplai bahan baku smelter milik Megah Surya Pertiwi ini dipasok oleh PT Gane Permai Sentosa dan PT Trimegah Bangun Persada. Smelter Megah Surya Pertiwi juga sebagai syarat bagi kedua perusahaan itu untuk mendapatkan izin rekomendasi ekspor mineral mentah dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Asal tahu, Gane Permai Sentosa dan Trimegah Bangun Persada merupakan anak usaha Harita Group
Pembangunan smelter ini merupakan kerjasama atas Harita Group yang memiliki 60% saham Megah Surya Pertiwi dan perusahaan asal China yakni Xinxing Ductile Iron Pipes Co. Ltd dengan saham 40%.
Teddy menambahkan, tidak hanya berhenti di line empat. Nantinya, pihaknya akan kembali mengembangkan smelter tersebut. Dan dalam waktu dekat akan ada tambahan smelter line lima dan line enam beserta penambahan pembangunan PLTU. "Untuk kapasitasnya hampir sama dengan yang lain," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News