kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melandainya Harga Nikel Bukan Hanya Masalah Oversupply


Rabu, 24 Januari 2024 / 16:45 WIB
Melandainya Harga Nikel Bukan Hanya Masalah Oversupply
ILUSTRASI. Melandainya harga nikel saat ini tak hanya akibat kelebihan pasokan nikel. Namun juga lantaran turunnya permintaan akibat adanya alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik atau electriv vehicle (EV) yang lebih murah yakni lithium.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Melandainya harga nikel saat ini tak hanya akibat kelebihan pasokan nikel. Namun juga lantaran turunnya permintaan akibat adanya alternatif bahan baku baterai kendaraan listrik atau electriv vehicle (EV) yang lebih murah yakni lithium. 

Director Energy Shift Institute Putra Adhiguna mengatakan, penurunan harga nikel utamanya memang dikarenakan lonjakan suplai yang cukup besar. Hal ini sudah bisa diprediksi dari beberapa waktu lalu. 

“Rasanya pemerintah tidak perlu tampak terkejut karena ini adalah hasil dari ekspansi yang pesat dari Indonesia. Pihak yang terlibat dalam perencanaan dan perizinan tentunya sudah bisa memprediksi banjirnya suplai tersebut,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Rabu (24/1). 

Ia melihat kemungkinan akan perlu beberapa tahun untuk mencapai titik kesetimbangan pasar yang lebih wajar. Putra yakin, permintaan nikel masih tetap diperlukan. 

Pada konteks baterai EV, nikel akan lebih banyak untuk pemakaian yang membutuhkan performa tinggi seperti kendaraan dengan jarak tempuh yang jauh. 

Baca Juga: Bahlil Sebut Tesla Masih Pakai Nikel Untuk Bahan Baku Baterai Listrik

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko SIswanto menambahkan, penurunan harga nikel saat ini utamanya karena faktor pasokan yang berlebih. Namun juga dipengaruhi turunnya permintaan akibat pergeseran ke baterai lithium yang banyak diproduksi China. 

“Jadi kalau hanya satu komoditas permintaan tinggi maka harga juga tinggi. Namun ini ada pesaing (LFP) maka orang akan melihat pesaingnya itu sehingga permintaan berkurang. Ketika demand kurang, maka harga turun,” ujarnya ditemui di Jakarta, Selasa (24/1). 

Menurutnya, baterai lithium ini menjadi alternatif jika sewaktu-waktu pasokan nikel sulit dan harganya melonjak tinggi. Jika terjadi hal demikian, maka otomatis pasar akan bergeser pada teknologi alternatif yang lebih terjangkau. 

Dia bilang, riset dan pengembangan teknologi akan terus berkembang untuk mencari produk yang paling murah dan efisien. Pada konteks baterai, tentu yang tahan lama dan pengisian dayanya lebih cepat. 

“Teknologi itu terus berkembang. Jadi ini ada alternatif saingan dari nikel,” imbuh Djoko. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×