Reporter: Dimas Andi | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah lima tahun berlalu, kinerja perusahaan tambang batubara PT Adaro Energy Tbk (ADRO) terus berkembang secara dinamis dan cukup dipengaruhi oleh pergerakan harga batubara.
Mengutip laporan keuangan Adaro, pada tahun 2015 pendapatan ADRO tercatat sebesar US$ 2,68 miliar, sedangkan laba bersihnya sebesar US$ 152,44 juta.
Baca Juga: IHSG rebound 2,02%, ini 10 saham net buy terbesar investor asing kemarin, Jumat (3/4)
Kemudian, pada 2016, pendapatan ADRO mengalami penurunan menjadi US$ 2,52 miliar namun laba bersih perusahaan berhasil naik menjadi 334,62 juta.
Pada 2017, pendapatan ADRO tumbuh menjadi US$ 3,25 miliar yang diikuti juga dengan peningkatan laba bersih menjadi US$ 483,29 juta. Sementara di tahun 2018, ADRO kembali mencetak kenaikan pendapatan menjadi US$ 3,61 miliar tapi laba bersihnya turun menjadi US$ 417,72 juta.
Pada 2019, pendapatan ADRO turun menjadi US$ 3,45 miliar dan laba bersihnya juga turun menjadi US$ 404,19 juta.
Baca Juga: 10 saham ini diborong investor asing saat IHSG turun 1,61% kemarin, Rabu (1/4)
Dari sisi operasional, pada 2015 produksi batubara ADRO berada di level 51,46 juta ton, kemudian naik menjadi 52,64 juta ton di tahun 2016. Namun, produksi batubara ADRO mengalami penurunan menjadi 51,79 juta ton pada tahun 2017.
ADRO kembali meningkatkan produksi batubaranya menjadi 54,04 juta ton di tahun 2018. Sedangkan di tahun 2019 lalu, ADRO sukses menaikkan lagi produksi batubara menjadi 58,03 juta ton.
Head of Corporate Communication Adaro Energy Febriati Nadira berpendapat, pada dasarnya harga batubara adalah faktor yang tidak bisa dikontrol. Wajar apabila sentimen tersebut sangat berpengaruh bagi pendapatan maupun laba bersih ADRO dalam beberapa tahun terakhir.
Kendati begitu, ADRO terus berupaya mempertahankan kinerja yang solid melalui model bisnis yang terintegrasi, mulai dari tambang batubara hingga pembangkit listrik.
“Model bisnis ini membantu perusahaan untuk tidak tergantung pada fluktuasi harga batubara,” kata dia, Minggu (5/4).
Baca Juga: Sudah terdiskon banyak, saatnya koleksi saham-saham emiten tambang batubara
Ia menyebut, ADRO memiliki beberapa anak usaha yang menjadi pilar utama seperti Adaro Mining, Adaro Service, Adaro Logistics, dan Adaro Power.
Ada juga empat anak usaha ADRO yang mengawal bisnis pendukung seperti Adaro Land, Adaro Wateer, Adaro Capital, dan Adaro Foundation.
Seluruh anak usaha ini terlibat dalam setiap rantai pasokan batubara. Alhasil, ADRO bisa lebih leluasa mengontrol biaya dan menjaga efisiensi.
Baca Juga: 11 emiten batubara ini mengalami penurunan laba bersih di 2019, siapa paling dalam?
Manajemen ADRO tetap optimistis dengan fundamental pasar batubara dalam beberapa tahun ke depan sekaligus terus berusaha mengeksekusi strategi perusahaan yang dirancang untuk bisnis yang berkelanjutan.
ADRO berupaya menjaga tingkat produksi batubara guna mengamankan cadangan batubara secara jangka panjang. Harapannya, cadangan batubara tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk pengembangan bisnis pembangkit listrik ke depan.
“Di samping itu, kami juga fokus mengembangkan bisnis batubara kokas yang digunakan sebagai bahan bakar produksi baja,” ucap Febriati.
Sebagai catatan, ADRO memproduksi batubara kokas dari tambang Adaro Metcoal Companies.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News