kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Melihat kondisi bisnis motor retro di Indonesia


Minggu, 03 Oktober 2021 / 22:12 WIB
Melihat kondisi bisnis motor retro di Indonesia
ILUSTRASI. Yamaha All New XSR 155 dengan aksesoris sport heritage.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepeda motor retro atau bergaya klasik tampaknya selalu memiliki peminat terlepas dari kondisi pasar yang ada.

Ketua Bidang Komersial Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) Sigit Kumala menyampaikan, motor retro biasanya mengisi cela pasar. Konsumen yang berminat pada motor retro umumnya memiliki komunitasnya tersendiri, sehingga produk tersebut tergolong segmentif.

Selain itu, tidak ada batas usia untuk jadi penggemar motor retro. Dalam hal ini, kalangan usia muda pun tetap bisa menjadi pecinta motor tersebut.

“Peminat motor retro itu mereka yang sudah bosan denga model-model zaman sekarang dan rindu dengan model zaman dahulu. Bagi mereka itu membawa kenangan tersendiri,” ungkap dia, Minggu (3/10).

Baca Juga: XSR 155 menjadi andalan Yamaha di kategori motor retro

Pihak prinsipal ataupun agen pemegang merek (APM) tentu tidak bisa sembarangan meluncurkan motor retro. Selain karena pasarnya segmentif, produsen juga perlu mempertimbangkan ketersediaan suku cadang dan komponen yang relatif lebih terbatas dibandingkan dengan motor konvensional.

“Motor retro mestinya lebih premium dari segi harga karena produsen terkadang perlu ciptakan part khusus yang jumlahnya tidak banyak tersedia,” imbuh Sigit.

Dalam berita sebelumnya, Manager Public Relation Yamaha Indonesia Motor Manufacturing (YIMM) Anton Widiantoro mengatakan, saat ini motor retro di kategori sport yang diproduksi dan dipasarkan oleh Yamaha Indonesia adalah Yamaha XSR 155.

Usai dirilis pada akhir tahun 2019, respons pasar terhadap Yamaha XSR 55 tergolong baik. Hal ini didukung oleh beragam keunggulan dengan tampilan retro yang dipadukan fitur-fitur modern.

“Perpaduan klasik dan modern inilah yang diinginkan oleh konsumen. Yamaha XSR 155 hadir di momen yang tepat untuk memenuhi keinginan pasar,” ujar Anton, Rabu (29/9) lalu.

Yamaha XSR 155 disebut-sebut cocok bagi konsumen yang ingin memenuhi kebutuhan gaya hidup berkendara dengan motor sport yang terlihat macho atau gagah.

Untuk mempromosikan Yamaha XSR 155, pihak YIMM turut mengusung program Yard Built Indonesia. Dalam hal ini, YIMN menggandeng para builder ternama Indonesia untuk memodifikasi Yamaha XSR 155 sesuai dengan ide dan kreativitas mereka.

Baca Juga: Piaggio rilis 2 brand motor premium Italia, Aprilia dan Moto Guzzi, berapa harganya?

Sementara itu, Kawasaki meluncurkan motor retro terbaru yaitu Kawasaki Z650RS. Motor ini mulai tersedia di Inggris pada awal November 2021 dan memiliki tiga pilihan warna, yaitu hitam, hijau, dan abu-abu. Kawasaki Z650RS dibanderol mulai dari 7.549 poundsterling atau setara Rp 147 jutaan.

Dengan nuansa tahun 70-an, Kawasaki Z650RS tampak mengikuti terdahulunya yaitu Z650 dan Ninja 650. Dalam hal ini, suspensi depan motor memakai diameter 41 mm dengan shock belakang merek Kawasaki sendiri yang bisa disetel sesuai keinginan.

Sayangnya, konsumen di Indonesia masih harus bersabar. Sebab, Deputy Head & Sales Promotion PT Kawasaki Motor Indonesia (KMI) Michael Chandra Tanadhi mengaku, belum ada rencana untuk memperkenalkan Kawasaki Z650RS ke pasar Indonesia dalam waktu dekat. “Ini karena perizinan impor yang lebih sulit,” katanya, Rabu (29/9).

Secara umum, KMI memiliki dua tahap dalam memasarkan motor jenis retro kepada konsumen di tanah air. Pertama, KMI memasarkan motor retro khusus untuk penggemar motor jenis tersebut.

Sebab, pada dasarnya konsumen yang paling berminat pada motor retro adalah mereka yang ingin bernostalgia namun tetap mengikuti tren terkini.

Kedua, KMI masuk ke pasar general untuk meningkatkan penjualan kepada konsumen umum. Adapun tantangan yang kerap dihadapi oleh KMI adalah saat perusahaan tersebut memperkenalkan motor retro di wilayah-wilayah yang bukan kota besar. “Masyarakat di tempat tersebut umumnya belum terlalu paham terkait tren motor retro,” pungkas Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×