Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Vale Indonesia Tbk (INCO) tengah fokus membangun dua proyek fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) nikel yakni di Bahodopi dan Pomalaa.
Direktur Keuangan Vale Indonesia, Bernardus Irmanto mengatakan, perkembangan di Bahodopi ialah pekerjaan terkini smelter Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) sedang berlangsung. Diharapkan selesai September 2023 mendatang.
“Proses selanjutnya dilanjutkan dengan konstruksi pabrik dan infrastruktur pendukung,” jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (7/8).
Sebagai informasi, proyek Blok Bahodopi ini terdiri dari dua bagian utama, yaitu proyek penambangan dan pembangunan pabrik pengolahan atau smelter. Proyek Blok Bahodopi meliputi Kontrak Karya Vale Indonesia seluas 16,395 hektare di Blok 2 dan Blok 3 Bahodopi.
Baca Juga: Setelah Divestasi Rampung, Vale Indonesia (INCO) Lanjutkan Pembangunan Smelter
Nantinya, material bijih dari area penambangan di Bahodopi Blok 2 dan 3 akan diangkut menggunakan transportasi laut ke lokasi pabrik di Sambalagi.
Fasilitas pengolahan nikel di Sulawesi Tengah ini akan terdiri dari delapan lini Rotary Kiln-Electric Furnace (RKEF) dengan perkiraan produksi sebesar 73.000 metrik ton nikel per tahun beserta fasilitas pendukungnya.
Vale bersama Taiyuan Iron & Steel (Grup) Co., Ltd (Tisco) dan Shandong Xinhai Technology Co., Ltd (Xinhai) sepakat tidak menggunakan batubara. Pabrik di Sambalagi ini akan menjadi yang pertama di Indonesia yang menggunakan gas dan karbon intensitas terendah kedua setelah yang di Sorowako
INCO masih mencari sumber gas alam cair (LNG) yang akan digunakan sebagai sumber energi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Smelter Bahodopi.
Kontan.co.id pernah melaporkan, berdasarkan hasil studi kelayakan total kebutuhan LNG diperkirakan mencapai 22 juta ton MMBTU per tahun untuk menyalakan PLTG berkapasitas 500 MW.
Anto mengatakan, kebutuhan LNG untuk proyek di Bahodopi sedang dalam proses negosiasi dengan pemasokan potensial (potential supplier) yang difasilitasi oleh SKK migas.
Baca Juga: Soal Divestasi Saham Vale Indonesia (INCO), MIND ID Berharap Punya Hak Kontrol
Berdasarkan catatan Kontan.co.id di 2022, manajemen INCO memproyeksikan smelter ini bisa selesai dibangun pada 2025 mendatang atau dua tahun lagi.
Lantas untuk smelter Pomalaa berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL) di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, lanjut Bernardus, saat ini sedang menyelesaikan proses perizinan. Adapun pekerjaan terkait pembangunan HPAL akan dimulai.
Lewat kongsi dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd, Vale Indonesia membangun proyek dengan total paket investasi yang terdiri dari pabrik HPAL dan tambang mencapai Rp 67,5 triliun. Proyek yang akan memproduksi 120.000 ton nikel dalam Mix Sulphide Precipitate (MSP) pertahun ini melibatkan 12.000 tenaga kerja untuk konstruksi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News