Reporter: Aprillia Ika | Editor: Didi Rhoseno Ardi
JAKARTA. Mainan boneka buat anak-anak memang beraneka ragam jenis dan bentuknya. Mulai dari mainan boneka dari plastik sampai boneka dari kain atau karet.
Sayangnya, boneka-boneka tersebut jarang sekali yang memakai model pakaian muslim. Padahal, di negara yang mayoritas penduduknya bukan muslim, yaitu Amerika, sudah ada produsen boneka muslim. Boneka muslim tersebut diproduksi oleh seorang warga Amerika keturunan Iran dengan merek Razzane. Merek tersebut tentu saja sudah tersebar luas di beberapa negara.
Berbekal kegerahan atas kurangnya sarana bermain bagi anak-anak muslim tadi, juga adanya pembuat boneka muslim di negeri seberang, Umining Dwi Kusminarti atau kerap disapa Mbak Atiek lantas terpikir untuk terjun ke bisnis boneka muslim tersebut.
Tahun 2005, Mbak Atiek lantas memproduksi boneka muslim pertamanya. Modalnya waktu itu hanya Rp 20 juta. Digunakannya untuk membeli boneka, bahan kain, packaging serta menggaji seorang penjahit.
Lantaran modal tidak cukup, Mbak Atiek merasa tidak perlu membuka toko. Melainkan, memanfaatkan alamat website di untuk memajang produknya.
Awalnya, mbak Atiek merasa kesulitan menjual produknya. Pasalnya, pemasarannya hanya melalui website, pameran-pameran dan getok tular semata. "Pada awal produksi, hanya laku 50 boneka sebulan," kenangnya.
Lantas, berbekal sedikit keberanian, mbak Atiek mulai berpromosi ke media. Ternyata, cara tersebut mumpuni menjaring pelanggan. Bahkan, menjelang puasa bulan September 2008 lalu, pesanan boneka muslimnya meningkat sampai 1500 kotak.
Satu kotak dipatok seharga Rp 50 ribu. Akan tetapi jika mengambil dalam paket besar, harga satu kotak boneka bisa turun jadi Rp 40 ribu. Sementara untuk bahan bakunya, untuk satu meter kain atasan dan bawahan bisa menghasilkan 25 potong baju boneka. "Itu belum termasuk kerudungnya," ujar ibu rumah tangga yang gemar melihat perkembangan mode dari majalah ini.
Menurut mbak Atiek, pesanan bonekanya meningkat manakala lebaran dan hari libur menjelang. "Peningkatan order boneka saya sangat tergantung musim," ujarnya. Walau begitu, untuk satu boneka yang dijualnya, mbak Atiek mengaku mendapat margin keuntungan antara 15% sampai 20%.
Kurang lebih setahun yang lalu, produksi Mbak Atiek ini sudah masuk ke jaringan gerai Carrefour di seluruh Indonesia. Carrefour sendiri mengambilnya dengan sistem beli putus. "Tidak tiap bulan mereka order, hanya ketika persediaan mereka menipis. Namun sekali order mereka bisa pesan sekitar 200 kotak boneka," lanjut mbak Atiek.
Ke depan, Mbak Atiek sedang menjajaki untuk memasuki gerai Giant dan Hypermart. Selain itu, Mbak Atiek juga membuat boneka dengan pakaian adat dan boneka pengantin adat Indonesia. "Saya sudah stok sekitar 40 model baju," ujarnya bangga.
Lalu, Mbak Atiek juga menjalin kerjasama dengan pembeli dari komunitas muslim di Amerika, Inggris, jerman dan Malaysia melalui situs alibaba.com. pesanan terbanyak justru datang dari negara paman Sam. "Baju boneka sudah saya kirim sampai 500 biji. Kalau bonekanya sekitar 165 kotak," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News