Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
Adapun volume penjualan INTP di Oktober 2020 sendiri merupakan pencapaian tertinggi di tahun ini, yakni lebih dari 1.6 juta ton. Namun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka 1.6 juta ton ini memang lebih rendah.
Hal ini karena musim penghujan yang datang lebih awal tahun ini. Ditambah juga maraknya aksi demonstrasi yang terjadi di bulan Oktober.
Dihubungi secara terpisah, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr menilai emiten semen cukup tangguh sepanjang tahun ini.
Zamzami membeberkan, secara keseluruhan permintaan semen memang menurun 9.8% sejak awal tahun. Tetapi penurunan paling dalam disumbang oleh segmen semen bulk yang turun 21.7%, dibanding semen bag yang hanya turun 5.4%.
“Jadi, sektor ritel /perumahan tidak terlalu turun dalam dibandingkan permintaan dari sektor infrastruktur,” ujar Zamzami saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/12).
Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) bukukan pra penjualan tertinggi, ini rekomendasi analis
Selain itu, terdapat sejumlah faktor lain yang mempengaruhi kinerja emiten semen seperti banjir awal tahun, datangnya musim penghujan, serta jadwal hari libur. “Juga, dari segi biaya. Emiten-emiten semen mampu berefisiensi untuk menjaga marginnya,” sambung dia.
Di sisi lain, Pemerintah berencana menggenjot sektor infratstruktur tahun depan. Kementerian Keuangan akan menaikkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur di tahun depan menjadi Rp 413,8 triliun atau naik 47,2% dari anggaran tahun ini yang hanya Rp 281,1 triliun.
Alhasil, Zamzami menilai rencana kenaikan anggaran infrastruktur seharusnya berdampak positif pada sektor semen. Tentu untuk meningkatkan penyerapan semen bulk dan juga beton siap pakai atau ready mix concrete (RMC).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News