Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan estimasi Office Of Chief Economist Bank Mandiri yang dipaparkan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), terdapat sejumlah sektor yang membutuhkan waktu lebih lama untuk dapat pulih, seperti ritel, otomotif, dan properti.
Ini termasuk sektor properti rumah tapak (landed house), perdagangan besar semen, perdagangan besar bahan bangunan, serta industri semen.
Di sisi lain, terdapat sejumlah sektor yang dinilai akan lebih dulu pulih terutama sektor-sektor yang berkaitan dengan kebutuhan sehari-hari seperti makanan dan minuman, minimarket dan delivery makanan.
Terkait dengan hal ini, Sekretaris Perusahaan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) Antonius Marcos melihat, tahun depan sektor properti yang menjadi salah satu penyerap produksi semen, akan lebih baik daripada tahun ini. Marcos menilai, ada beberapa hal yang akan menggairahkan sektor property.
Pertama, tingkat suku bunga pinjaman atau kredit kepemilikan yang rendah saat ini tentunya akan menjadi daya dorong bagi konsumen untuk melakukan imvestasi di dunia properti.
Baca Juga: Penuhi kebutuhan rumah, BTN gelar virtual property expo
“Hal ini sudah mulai terlihat saat ini di mana-mana para developer sudah banyak memasang iklan produk produknya, terutama landed house,” ujar Marcos kepada Kontan.co.id, Senin (15/12).
Kedua, telah rampungnya pembangunan jalan tol di beberapa ruas jalan yang tentunya akan mulai memberikan dampak domino dengan pembangunan di sekitar pintu-pintu keluar tol tersebut.
Ketiga, dengan telah datangnya vaksin Covid- 19 di tanah air dan akan dimulainya distribusi vaksin tahun depan, tentunya akan menambah optimisme dari masyarakat.
Marcos mengatakan, saat ini pihaknya masih merampungkan data penjualan semen per November 2020. Namun sebagai gambaran, sampai dengan Oktober 2020 pencapaian penjualan semen domestik INTP kurang lebih 13,5 juta ton atau minus 8% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu.
Adapun volume penjualan INTP di Oktober 2020 sendiri merupakan pencapaian tertinggi di tahun ini, yakni lebih dari 1.6 juta ton. Namun, dibandingkan periode yang sama tahun lalu, angka 1.6 juta ton ini memang lebih rendah.
Hal ini karena musim penghujan yang datang lebih awal tahun ini. Ditambah juga maraknya aksi demonstrasi yang terjadi di bulan Oktober.
Dihubungi secara terpisah, Analis Phillip Sekuritas Indonesia Anugerah Zamzami Nasr menilai emiten semen cukup tangguh sepanjang tahun ini.
Zamzami membeberkan, secara keseluruhan permintaan semen memang menurun 9.8% sejak awal tahun. Tetapi penurunan paling dalam disumbang oleh segmen semen bulk yang turun 21.7%, dibanding semen bag yang hanya turun 5.4%.
“Jadi, sektor ritel /perumahan tidak terlalu turun dalam dibandingkan permintaan dari sektor infrastruktur,” ujar Zamzami saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (14/12).
Baca Juga: Bumi Serpong Damai (BSDE) bukukan pra penjualan tertinggi, ini rekomendasi analis
Selain itu, terdapat sejumlah faktor lain yang mempengaruhi kinerja emiten semen seperti banjir awal tahun, datangnya musim penghujan, serta jadwal hari libur. “Juga, dari segi biaya. Emiten-emiten semen mampu berefisiensi untuk menjaga marginnya,” sambung dia.
Di sisi lain, Pemerintah berencana menggenjot sektor infratstruktur tahun depan. Kementerian Keuangan akan menaikkan anggaran untuk pembangunan infrastruktur di tahun depan menjadi Rp 413,8 triliun atau naik 47,2% dari anggaran tahun ini yang hanya Rp 281,1 triliun.
Alhasil, Zamzami menilai rencana kenaikan anggaran infrastruktur seharusnya berdampak positif pada sektor semen. Tentu untuk meningkatkan penyerapan semen bulk dan juga beton siap pakai atau ready mix concrete (RMC).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News