Reporter: Agung Hidayat | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebagai raksasa bisnis di Indonesia, Grup Sinarmas memiliki banyak satuan unit usaha. Perusahaan yang didirikan oleh Eka Tjipta ini bergerak di banyak sektor mulai dari properti, pertambangan, telekomunikasi, aneka industri, jasa keuangan serta perkebunan.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan di tengah kondisi saat ini, sektor aneka industri dan properti diprediksi punya kontribusi terbesar bagi Grup Sinarmas. Sementara itu di sektor industri kertas, Sinarmas memimpin pangsa pasar di Indonesia lewat PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) dan PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM).
Baca Juga: Jejak Freddy Widjaja, anak taipan Eka Tjipta, penggugat warisan aset Sinar Mas Group
Sekadar informasi pendapatan INKP sampai dengan kuartal-I 2020 mencapai US$ 780,47 juta dengan laba bersih US$ 179,31 juta. Sedangkan TKIM menorehkan penjualan bersih US$ 267,31 juta serta laba bersih senilai US$ 156,24 juta.
Sementara untuk sektor sawit sendiri, PT SMART Tbk (SMAR) masih belum dapat dikatakan pemimpin di sektor tersebut. "Secara jangka panjang kedua sektor ini masih cukup baik dengan pemakaian plastik yg berkurang digantikan dengan kertas ke depannya masih dapat mendorong pertumbuhan sektor ini," ujar Chris kepada Kontan.co.id, Selasa (14/7).
Adapun untuk sawit, katanya, dengan tertekannya harga komoditas ini sejak beberapa tahun lalu tampaknya mulai terlihat potensi peningkatan harga. Sektor usaha ini menurut Chris cenderung menarik untuk diperhatikan.
Mengulik laporan keuangan SMAR di tiga bulan pertama tahun ini, pendapatan bersih perseroan mencapai Rp 9,62 triliun. Sayangnya perusahaan masih membukukan kerugian alias rugi bersih sebanyak Rp 1,41 triliun di periode tersebut.
Baca Juga: Eka Tjipta Widjaja Khawatirkan Rebutan Warisan Sejak 23 Tahun Lalu
Bisnis sawit belakangan ini sempat dapat tantangan lewat kenaikan tarif pungutan ekspor. Belum lama ini, Pinta S. Chandra, Investor Relations, Sinar Mas Agribusiness and Food mengatakan kenaikan tarif pungutan ekspor tidak mempengaruhi permintaan untuk ekspor.
"Saat ini, pasar ekspor CPO dan produk turunannya masih kondusif didukung oleh CPO sebagai minyak pangan utama dunia dan posisi pasokan dan permintaan yang ketat," ujarnya.
Kenaikan tarif pungutan ekspor memberikan kepastian atas pelaksanaan program B30 sehingga tingkat persediaan industri tetap terjaga.
Baca Juga: Kata pengamat manajemen atas kisruh warisan Eka Tjipta ke bisnis Sinar Mas
Program biodiesel tersebut, menurut Pinta, berperan strategis bagi industri sawit nasional dan juga perekonomian Indonesia, di mana program ini akan mengurangi porsi ketergantungan terhadap pasar ekspor sehingga meningkatkan daya tawar sawit, selain juga mengurangi impor minyak mentah.
Pelaksanaannya merupakan program jangka panjang yang membutuhkan berbagai dukungan, antara lain kesiapan fasilitas produksi, kesiapan industri pemakai dan ketersediaan dana untuk subsidi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News