Reporter: Handoyo | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Dalam pertemuan ASEAN Economic Ministers (AEM), Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menyatakan penolakan atas usulan liberalisasi produk-produk sensitif yang diajulkan Korea Selatan. Produk-produk sensitif itu seperti hasil kelautan dan perikanan, tekstil dan produk tekstil, otomotif, elektronik, produk kimia hulu dan hilir, serta produk logam seperti baja dan produk baja.
“Saya menolak mengikuti penambahan tariff lines sebesar 2% produk-produk sensitive list yang saat ini sedang dioptimalkan perkembangannya di dalam negeri. Saya juga menolak hal ini dijadikan salah satu usulan untuk dibahas lebih lanjut di tingkat Kepala Negara dalam ASEAN-Korea Commemorative Summit pada bulan Desember mendatang,” kata Lutfi, dalam siaran persnya, Rabu (28/8).
Di hari kedua AEM ini Menteri Ekonomi ASEAN bertemu dengan negara mitra ASEAN, seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Salah satu pertemuan yang berlangsung kemarin adalah pertemuan AEM-Republic of Korea (ROK) Consultations ke-11. Pertemuan yang dihadiri oleh para Menteri Ekonomi ASEAN dan Menteri Perdagangan, Industri, dan Energi Korea Selatan Yoon Sang-jick ini membahas perkembangan kesepakatan perdagangan barang ASEAN-Korea Selatan.
Para Menteri mendiskusikan usulan Korea Selatan atas liberalisasi sebagian kecil produk-produk sensitif masing-masing negara dalam kerangka kerja sama ASEAN-Korea Free Trade Agreement (AKFA) guna melaksanakan integrasi yang lebih luas.
Mendag Lutfi menyampaikan bahwa ada tiga hal yang perlu dijaga sebagai bagian dari proses review persetujuan perdagangan barang AKFA untuk menuju negara industri. Pertama, kebijakan perdagangan; kedua, pengembangan industri unggulan yang berdaya saing, dan penyelesaian masalah infrastruktur, pengembangan SDM, ilmu dan pengetahuan; ketiga, inovasi.
“Ketiga hal tersebut bukan hanya tugas pemerintahan saat ini, tetapi juga pemerintah selanjutnya. Sebagai langkah awal dan strategis, Kementerian Perdagangan berkomitmen dengan Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta Kementerian terkait lainnya untuk menyelesaikan hal ini,” ujar Lutfi.
Catatan saja, nilai perdagangan ASEAN dengan Korea Selatan menunjukkan tren peningkatan, dari US$ 131 miliar pada tahun 2012 menjadi US$ 135 miliar pada tahun 2013. Importasi ASEAN dari Korea Selatan pada periode yang sama meningkat sebesar 8,1% (YoY) menjadi US$ 82,2 miliar, sedangkan ekspor ASEAN ke Korea Selatan mengalami penurunan sebesar 4% (YoY) menjadi US$ 52,8 miliar.
Namun demikian, arus FDI dari Korea ke ASEAN meningkat dua kali lipat dari US$ 1,7 miliar pada tahun 2012 menjadi US$ 3,5 miliar pada tahun 2013. Hal ini menempatkan Korea sebagai sumber investasi terbesar ke-5 di kawasan Asia Tenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News