Reporter: Dyah Megasari |
JAKARTA. Selain dapat memenuhi kebutuhan aluminium dalam negeri, akuisisi PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) oleh Indonesia atas Jepang memberikan keuntungan lain. Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan mengatakan, Inalum menyimpan potensi energi yang amat besar, dengan harga efisien.
"Inalum itu di dalamnya ada pembangkit listrik sebesar 600 megawatt (mw), yang harga listriknya sangat murah, hanya sekitar 3 sen dollar AS," katanya Senin (21/10) malam, di Senayan, Jakarta, seusai rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI.
"Misalnya kelak orang enggak mau gunakan aluminium, dari pembangkit listriknya untungnya besarnya bukan main. Kalau dijual ke PLN, 6 sen itu untungnya sudah bertriliun-triliun," lanjut mantan Dirut PLN itu.
Dahlan mengatakan, harga listrik Inalum bisa sangat murah lantaran biaya investasinya sudah kembali. Selain itu, bahan bakunya dari air yang bersumber di Danau Toba. "Itu 600 mw besar sekali dan murah sekali," ujarnya.
Namun, Dahlan memastikan tetap akan meneruskan Inalum sebagai perusahaan aluminium, bukan pembangkit listrik. Hal itu dikarenakan Inalum sejauh ini terus-menerus memanen keuntungan.
Ia menambahkan, jika seandainya pabrik aluminium dibangun di tempat yang dekat dengan sumber batubara, belum tentu keuntungannya sebaik Inalum saat ini. Begitu juga jika pabrik aluminium dibangun di tempat yang dekat dengan sumber gas bumi. "Itulah mengapa Inalum sangat menguntungkan. Karena sumber energinya murahnya luar biasa. Sampai ngiler saya, murahnya itu," kata Dahlan.
"Pabrik lain harus beli listrik Rp 1.300. Ini beli listrik cuma Rp 300, coba bayangkan," tambah dia.
Sebagai informasi, saat berkongsi dengan Nippon Asahan Aluminium (NAA), 70% hasil aluminium harus dikirim ke Jepang. Maka, ketika Inalum 100 persen menjadi milik Indonesia, konsumen dalam negeri bisa mendapat porsi lebih banyak. Dengan begitu, impor aluminium bisa dikurangi, meski kebutuhan aluminium meningkat akibat pembangunan.
Sementara itu, ditanya apakah nantinya Indonesia akan mengekspor aluminium, Dahlan masih berhitung. "Kita lihat apakah ini cukup untuk kebutuhan dalam negeri, atau tetap diekspor. Nantilah dilihat," ucap Dahlan. (Estu Suryowati/Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News