kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menelisik prospek bisnis properti di Makassar


Selasa, 20 Maret 2018 / 20:34 WIB
Menelisik prospek bisnis properti di Makassar
ILUSTRASI. Peluncuran Citraland City Losari


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis properti di Makassar tampak semakin menggeliat. Yang teranyar, Ciputra Group melalui sub holding 2 mengembangkan proyek reklamasi bertajuk Citraland City Losari.

Proyek tersebut resmi diluncurkan pada 16 Maret 2018 lalu meski sudah mulai dikenalkan sejak tahun 2015 dengan pemasaran tanah kavling. Dengan peluncuran itu, Ciputra akan melanjutkan pemasaran produk-proyek hunian maupun komersial di kawasan tersebut.

Jika sebelumnya Ciputra baru meluncurkan kavling di dua kluster yaitu Sunset Cove dan Sunset Cove 8 sebnayak 339 unit, maka pada semester II-2017 sudah mulai diperkenalkan rumah lewat kluster bertajuk Treasure Island sebanyak 105 unit. "Kluster rumah ini kami pasarkan bertahap. Tahap pertama 50 unit tahun lalu yang dijual dengan harga Rp 2 miliar-Rp 5 miliar dengan tipe terkecil 125/104 m2 dan sisanya tahun ini," kata Sinyo Pelealu, Direktur Cipura Group pada KONTAN baru-baru ini.

Menurut Sinyo, pasar properti di Makassar masih prospektif. Terbukti dari unit-unit yang ditawarkan di Citraland City Losari cukup diminati pasar. 
Sinyo yakin produk -produk yang akan diluncurkan di proyek tersebut akan diserap pasar. Sementara perkembangan harga lahan di proyek reklamasi tersebut sudah meningkat dari Rp 9 juta per meter persegi (m2) pada tahun 2015 menjadi Rp 12 juta-Rp 15 juta saat ini tergantung lokasi.

Pada semester I-2017, Ciputra Group juga meluncurkan proyek perumahan baru di Makassar bertajuk Tallasa City dan tiga kluster pertama yang dirilis kala itu ludes terjual.

Pengembang besar lainnya yaitu PT Summarecon Agung Tbk akan menancapkan kakiknya di Makassar. Disana, perusahaan berkode emiten SMRA itu akan mengembangkan lahan seluas 170 ha, dekat dengan bandara. 

Namun, Adrianto P Adhi, Direktur Utama SMRA belum bisa memastikan apakah proyek ini akan bisa segera diluncurkan meskipun perusahaan berharap bisa direlisasikan tahun ini.

Sementara Bambang Sulistiyono, Marketing manager Century21 Makassar bilang, pasar properti di Makassar dua tahun terakhir masih didominasi oleh segmen menengah ke bawah dengan harga di bawah Rp 500 juta per unit. Dan pasar tersebut kebanyakan masih diramaikan oleh end user yang memang butuh hunian.

Tahun 2017, penjualan Century21 Makassar tumbuh dari tahun sebelumnya, tetapi Bambang melihat itu lebih karena kebutuhan rumah untuk ditinggali bertambah dan didukung oleh kemudahan yang diberikan pengembang baik dari sisi bayar dan uang muka yang lebih ringan. "Kalau pasarnya sebenarnya belum cukup membaik. Ini masih didominasi end user, investor di tempat kami malah bisa dikatakan tidak jalan kalau dibandingkan dengan tahun 2012-2013," jelas Bambang.

Bambang memperkirakan, prospek bisnis properti tahun ini juga tidak akan jauh berbeda dari tahun lalu. Apalagi jumlah proyek baru yang akan diluncurkan tahun ini tidak akan sebnayak tahun 2017. "Tahun ini sepertinya tidak akan banyak proyek baru, Summarecon yang mau masuk saja baru akan merilis produk komersial. Sedangkan tahun lalu ada tiga proyek baru yang masuk ke pasar," tambahnya.

Selain karena produk baru yang akan masuk ke pasar juga sedikit, Bambang tidak bisa optimis tahun ini di Makassar karena juga berhubungan dengan tahun Pilkada. Menurutnya, tahun politik tetap berpengaruh pada penjualan properti di sana.

Penjualan Century21 di Makassar sejak dua tahun lalu masih didominasi dari pasar primer. Jika tahun 2016 pasar primer berkontribusi sekitar 65% maka tahun 2017 porsinya meningkat menjadi 90% lebih. " Jadi kami melihat pasar primer yang lebih bergairah karena memang untuk end user,"ujar Bambang.

Bambang menambahkan, dari sisi harga properti di Makkasar juga tidak banyak mengalami pertumbuhan. Dengan pasar yang masih didominasi end user yang betul-betul membutuhkan hunian untuk ditinggali, banyak pengembang lebih fokus untuk menghadirkan rumah dibawah Rp 1miliar. Bahkan pengembang lokal yang seblumnya banyak bermain di harga Rp 500 juta mulai bermain ke harga Rp 300 jutaan.

Sementara kehadiran proyek Reklamasi Citraland City Losari di Makasar menurut Bambang tidak bisa dijadikan acuan untuk melihat pasar properti di Makassar.

Pasalnya, proyek tersebut merupakan proyek premium yang pasarnya terbatas dan pembelinya bukan hanya dari Makassar tetapi juga dari wilayah lain seperti Papua dan Kalimantan. "Jadi tidak bisa disimpulkan dengan proyek tersebut maka pasar segmen menengah ke atas disebut bagus," tegasnya.

Saat ini ada beberapa pengembang besar yang sudah bermain di Makassar. Selain Ciputra lewat beberapa proyeknya, ada juga Lippo yang sudah hadir sejak lama dengan pengembangan di Tanjung Bunga dan BSA Land. Sementara pengembang lokal yang cukup besar menurut Bambang saat ini ada sekita empat pemain.

Bambang melihat, semakin gencarnya pengembang besar melakukan ekpansi di Makassar tidak lepas dari pertumbuhan ekonomi kota tersebut yang terus meningkat sejak tahun 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×