Reporter: Dimas Andi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan keinginan negaranya untuk berinvestasi di Indonesia, termasuk pada pengembangan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara. Hal ini diungkapkan Putin ketika bertemu Presiden Joko Widodo di Moskow, Rusia, akhir Juni lalu.
Dalam berita sebelumnya, Putin juga menyebut ada banyak perusahaan Rusia di Indonesia yang bergerak di bidang energi dan hal ini membuka peluang pengembangan energi nuklir nasional.
Selain itu, Rusia tidak menutup kemungkinan untuk berinvestasi di bidang non energi, termasuk pembangunan infrastruktur, logistik, hingga kedokteran.
Lantas, seperti apa tren investasi Rusia di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir?
Merujuk data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi Rusia di Indonesia pada 2017-2021 masih tergolong minim dari segi nilai dan trennya cenderung naik-turun.
Baca Juga: BKPM: Aliran Investasi Rusia ke Indonesia Masuk Melalui Singapura
Di tahun 2017, Rusia menanamkan modal US$ 7,40 juta untuk 49 proyek di Indonesia. Nilai investasi terbesar ada di sektor hotel dan restoran yakni sebesar US$ 2,94 juta dari 8 proyek.
Kemudian, di tahun 2018 jumlah investasi Rusia di Indonesia turun menjadi US$ 2,17 juta dan 45 proyek. Sektor dengan investasi terbesar kala itu adalah industri kimia dan farmasi sebesar US$ 961.100 dan 4 proyek.
Pada 2019, Rusia kembali meningkatkan investasinya di Indonesia menjadi US$ 18,41 juta untuk 92 proyek. Sektor industri kimia dan farmasi kembali mendapat kucuran investasi sebesar yakni US$ 15,22 juta untuk 4 proyek.
Namun, pada 2020 atau tahun pertama pandemi Covid-19, realisasi investasi Rusia di Indonesia tercatat hanya US$ 4,60 juta meski jumlah proyeknya mencapai 200 proyek. Sektor hotel dan restoran mendapat investasi terbesar yakni US$ 2,44 juta untuk 41 proyek.
Berlanjut di tahun 2021, Rusia kembali gencar berinvestasi di Indonesia. Negara Eropa Timur ini memiliki 205 proyek di Indonesia dengan investasi mencapai US$ 23,20 juta. Di tahun lalu, investasi terbesar Rusia ditujukan ke sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran sebesar US$ 20,55 juta dan 26 proyek.
Adapun per kuartal I-2022, Rusia berinvestasi di Indonesia sebesar US$ 4,77 juta melalui 108 proyek. Sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran memperoleh investasi terbesar yakni US$ 3,47 juta untuk 9 proyek.
Saat ini, salah satu contoh investasi Rusia yang sedang berlangsung di Indonesia adalah pembangunan Kilang Grass Root Refinery (GRR) Tuban. Proyek ini dijalankan oleh PT Pertamina (Persero) yang menggandeng perusahaan energi asal Rusia, Rosneft dengan nilai investasi sekitar US$ 15 miliar.
Kilang GRR Tuban kelak dapat mengolah 300.000 barel minyak per hari dan menghasilkan 30 juta liter BBM per hari untuk jenis gasoline dan diesel. Kilang ini juga akan memproduksi 4 juta liter avtur per hari dan petrokimia sebesar 4,25 juta ton per hari.
Wakil Ketua Umum III Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Maritim Investasi dan Luar Negeri Shinta Kamdani mengaku, hingga saat ini investasi Rusia di Indonesia masih cenderung sedikit dan nilainya pun tidak konsisten dari tahun ke tahun.
Sejauh ini, bentuk investasi Rusia di Indonesia masih berorientasi produk ekspor seperti suplai pupuk, migas skala kecil, dan investasi di sektor jasa seperti properti, hotel atau restoran, perdagangan, dan lain-lain.
Baca Juga: Sberbank Lakukan Transaksi Aset Digital Pertama di Platformnya Senilai US$ 16 Juta
Menurut Shinta, Indonesia dan Rusia punya banyak potensi kerja sama yang belum tereksplorasi seperti pengembangan rantai pasok untuk produk pangan yang lebih solid. Ada pula peluang pengembangan rantai pasok industri manufaktur berat seperti pabrik pesawat atau alutsista yang dapat mendukung ketahanan nasional.
Oleh karena itu, Kadin mendukung perluasan kerja sama ekonomi dengan Rusia dan kawasan ekonominya melalui Indonesia – Eurasian Economic Union (EAEU) Free Trade Agreement.
“Kami berharap melalui kerja sama tersebut, kedua negara bisa menjajaki potensi interaksi perdagangan dan investasi yang lebih erat,” kata Shinta, Sabtu (10/7).
Terkait kabar keinginan Rusia berinvestasi di IKN Nusantara, Kadin sebagai perwakilan pengusaha pada prinsipnya akan mengikuti arahan pemerintah Indonesia yang menekankan penerapan politik bebas aktif, sehingga keinginan kerja sama atau investasi dari negara manapun akan disambut baik, terlepas dari adanya konflik yang terjadi di negara yang bersangkutan.
“Kalau perusahaan Rusia mau berinvestasi di Indonesia pada proyek IKN baik di sektor energi atau konstruksi, tentu kami akan sambut dan bantu fasilitasi agar investasinya terealisasi,” ungkap dia.
Shinta menambahkan, Indonesia sebagai negara yang tidak berkonflik dan masih terus menjaga hubungan baik dengan Rusia, tentu punya peluang untuk memperoleh investasi dari Negeri Beruang Merah. Hal ini berbanding terbalik dengan negara-negara lain yang secara terbuka menolak atau berkonflik dengan Rusia.
Potensi ini sangat bisa untuk Indonesia manfaatkan guna menciptakan relasi ekonomi yang lebih dalam dengan Rusia. Walau demikian, Pemerintah Indonesia perlu terus objektif dalam menjalin kerja sama ekonomi ini dan harus menjaga agar tidak terseret dalam pusaran kepentingan geopolitik.
“Perlu dipastikan bahwa investasi Rusia, termasuk dari negara-negara lainnya, harus bebas kepentingan dan tidak terikat pada kebijakan geopolitik tertentu yang kontra produktif terhadap kebijakan politik bebas aktif Indonesia,” terang Shinta.
Dengan demikian, Indonesia tetap bisa menarik investasi dari Rusia secara maksimal semberi terus memaksimalkan ekonomi nasional dari menjaga diversifikasi rekan ekonomi di pasar global, termasuk dari negara-negara yang berkonflik dengan Rusia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News