Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Northstar Group, perusahaan yang bergerak di bidang private equity dan venture capital, telah menjadi salah satu entitas yang cukup berpengaruh di berbagai sektor industri tanah air.
Dikutip dari situs resmi perusahaan, Northstar Group merupakan perusahaan ekuitas swasta yang berkantor pusat di Singapura yang mengelola lebih dari US$ 2,2 miliar modal ekuitas.
Norhstar Group fokus untuk berinvestasi di perusahaan yang sedang berkembang di Indonesia maupun negara-negara lain di Asia Tenggara.
Sejak berdiri pada tahun 2003, Northstar Group telah mengumpulkan lima dana ekuitas swasta dan berinvestasi di lebih dari 35 perusahaan di berbagai sektor seperti perbankan, asuransi, konsumer dan ritel, manufaktur, minyak dan gas, batubara dan pertambangan, teknologi, telekomunikasi, dan agribisnis.
“Northstar Group telah menginvestasikan lebih dari US$ 3,3 miliar dengan co-investor-nya di kawasan Asia Tenggara,” tulis laman resmi Northstar Group yang dikutip Kontan.co.id, Minggu (29/8).
Baca Juga: Patrick Walujo Pemilik Northstar Bicara Investasinya di Gojek, ESSA & Alfamart (AMRT)
Adapun sosok di balik nama besar Northstar Group adalah Patrick Walujo. Ia mendirikan Northstar Group pada 2003 bersama Glenn Sugita. Patrick Walujo sendiri merupakan menantu dari pendiri Triputra Group yaitu T.P. Rachmat yang juga pernah menjadi bos Astra Group.
Apabila ditelusuri, ada sejumlah emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang terafiliasi atau dimiliki oleh Northstar Group.
Misalnya, PT Bank Jago Tbk (ARTO), di mana Northstar Group memiliki saham emiten tersebut lewat Wealth Track Technology sebanyak 11,68%. PT Centratama Telekomunikasi Indonesia Tbk (CENT) dimiliki Northstar Group melalui Clover Universal Enterprise Ltd dengan kepemilikan saham 14,95%.
Lalu, ada emiten jasa pertambangan, PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang dimiliki Northstar Group melalui Northstar Tambang Persada Ltd sebanyak 37,86%.
Ada pula PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) yang bergerak di bidang pembiayaan, di mana Northstar Group memiliki 42,81% saham BFIN lewat Trinugraha Capital & Co Sca.
Northstar Group juga berinvestasi di perusahaan sekuritas yaitu PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk (TRIM) melalui Advance Wealth Finance Ltd dengan kepemilikan sebesar 49,23%.
Kembali mengutip situs resmi perusahaan, Northstar Group turut berinvestasi di PT Indoritel Makmur Internasional Tbk (DNET) yang turut mengelola bisnis minmarket Indomaret. Northstar Group juga berinvestasi di perusahaan asuransi yaitu PT Asuransi Tugu Pratama Indonesia Tbk (TUGU).
Dahulu, Northstar Group juga pernah berinvestasi di PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) melalui Texas Pacific Group (TPG) Nusantara sebelum akhirnya diakuisisi oleh Sumitomo Mitsui Banking di periode 2013—2015.
Baca Juga: Northstar Dekap Saham Bundamedik (BMHS), Jalin Kerjasama Strategis
Northstar Group juga dikenal sebagai salah satu investor pertama Gojek. Berdasarkan data Ditjen Administrasi Hukum Umum (AHU) Kementerian Hukum dan HAM yang didapat Kontan, Northstar Group lewat Northstar Pacific Investasi memiliki saham Seri I dari PT Aplikasi Karya Anak Bangsa senilai Rp 230,50 juta per 29 Mei 2021.
Teguh Hidayat, Pengamat Pasar Modal yang juga Direktur Avere Investama menilai, keberadaan Patrick Walujo di Northstar Group sangatlah penting.
Sebagai menantu T.P. Rachmat yang merupakan salah satu konglomerat besar di Indonesia, ia jelas memiliki banyak koneksi ke berbagai pelaku usaha.
Namun, Patrick Walujo tidak mengandalkan pendanaan untuk Northstar Group dari mertuanya. Northstar Group sendiri mendapat pendanaan dari Texas Pacific Group (TPG) yang merupakan salah satu perusahaan private equity terbesar di dunia asal Amerika Serikat.
Dari situ, Northstar Group bisa lebih leluasa menjalankan bisnisnya dan berinvestasi ke berbagai perusahaan nasional maupun internasional.
“Duit mereka (Northstar Group) sebenarnya tak terbatas. Tergantung seberapa kuat mereka minta duit. Apakah dikasih oleh TPG atau sebaliknya,” terang Teguh, Minggu (29/8).
Teguh berpendapat, sebenarnya tidak banyak investasi Northstar Group yang benar-benar sukses dan menghasilkan cuan yang besar di Indonesia. Bisa dibilang, baru BTPN tempat di mana Northstar Group meraih keuntungan maksimal dalam berinvestasi.
Baca Juga: First Media Jual Saham Multipolar Technology (MLPT) Senilai Rp 94,90 miliar
Pada 2008, Northstar Group masuk ke BTPN melalui TPG Nusantara, perusahaan patungan antara TPG dan Northstar Pacific Partners dengan nilai akuisisi sekitar Rp 2,6 triliun. Northstar Group membeli saham BTPN yang sebelumnya dimiliki oleh Recapital Advisors.
Kemudian, pada 2013 Sumitomo Mitsui Banking Corporation membeli saham BTPN dari TPG Nusantara sebesar Rp 9,21 triliun. Pada 2015 lalu, Sumitomo kembali membeli saham BTPN senilai Rp 5,9 triliun.
“Dulu ketika di bawah Recapital, kinerja BTPN kurang bagus. Ketika diambil alih Northstar, barulah mereka meningkat dari sisi kinerja fundamental dan harga saham,” ungkap Teguh.
Sebaliknya, beberapa perusahaan lain yang diinvestasikan oleh Northstar Group ternyata belum berkembang sesuai harapan.
“Northstar masih bertahan di DOID tapi belum cuan. Saham-saham lain seperti TRIM yang dimiliki Northstar juga bukan saham yang likuid. Trimegah juga bukan perusahaan sekuritas terbesar,” imbuh Teguh memberi contoh.
Kini, Northstar Group mencoba peruntungannya di bidang teknologi. Hal ini dibuktikan melalui investasi di Gojek dan Bank Jago yang kini menjadi bank digital.
Baca Juga: Terungkap, EP ID Holdings Pte Ltd Borong Saham CENT Senilai Rp 2,04 Triliun
Prospek Northstar Group di bisnis teknologi pun tergolong positif lantaran sektor tersebut tengah digandrungi oleh banyak investor. Perusahaan-perusahaan teknologi juga dipercaya punya peranan penting dalam roda perekonomian di masa mendatang.
Terlepas dari itu, masih perlu waktu untuk membuktikan kesuksesan investasi Northstar Group di perusahaan-perusahaan teknologi.
“Belum bisa dipastikan sukses atau bagaimana. Contohnya, walau tahun lalu saham Bank Jago (ARTO) naik sangat signifikan, tapi secara fundamental kinerja bank tersebut masih rugi. Ini beda dengan hasil investasi mereka saat masih punya BTPN,” pungkas Teguh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News