Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
Adapun untuk industri kabel, kata Noval, juga sudah masuk dalam tahap digitalisasi lini produksi. "Semua rata-rata sudah pakai instrumen komputer, selain ada yang masih mekanikal," terangnya.
Teguh Prasetya, Founder IoT Forum memprediksi, pada tahun 2025 nanti, sekitar 70% Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) akan disokong oleh industry berbasis IoT. Adapun market IoT Indonesia tahun 2022 diperkirakan Rp 444 triliun, dan pada 2025 nanti menjadi Rp 1.620 triliun.
"Sampai saat ini ada 250 perusahaan berekosistem IoT di Indonesia yang tumbuh dan berinvestasi disana. Kita tertinggal di 2G sampai 4G, jangan sampai tertinggal di IoT karena pasarnya masih luas,” kata Teguh.
IoT merujuk pada jaringan perangkat fisik, kendaraan, peralatan rumah tangga, dan barang-barang lain yang ditanami perangkat elektronik, perangkat lunak, sensor, aktuator, dan konektivitas yang memungkinkan terhubung dengan jaringan internet maupun mengumpulkan dan bertukar data.
Saat ini, Indonesia diketahui telah terdaftar sebagai salah satu dari 10 industri manufaktur dunia oleh Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNIDO). Asosiasi Produsen Peralatan Listrik Indonesia (APPI) mengatakan optimis bahwa semua teknologi rekayasa pendukung industri 4.0 telah dikembangkan di Indonesia.
Perusahaan manufaktur dan kelistrikan Indonesia, kata Karnadi Kuistono, Ketua APPI sudah mengikuti standar internasional dan SNI, di mana produksi diadaptasi berdasarkan pesanan atau sudah tersedia.
"Sehingga proyek industri dan infrastruktur memanfaatkan rancang bangun dan rekayasa telah mampu dilayani oleh industri nasional, Ini jelas akan berpengaruh signifikan pada perputaran ekonomi nasional,” sebutnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News