kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong gemerlap si kuning di tahun baru


Rabu, 16 Januari 2013 / 19:19 WIB
Meneropong gemerlap si kuning di tahun baru
ILUSTRASI. A financial data screen on a street in Tokyo shows the 225-issue Nikkei Stock Average closing above the 30,000 threshold on Sept. 8, 2021, for the first time in about five months. (Kyodo)


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Dessy Rosalina | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Emas batangan sempat menjadi primadona investasi pada tahun 2011 silam. Tahun lalu, logam mulia ini pun belum kehilangan pesonanya di mata investor.

Tapi, menjelang akhir tahun 2012, harga emas terlihat cenderung turun. Selama Desember lalu, harga emas di pasar global terpangkas 2,30% ke posisi US$ 1.675,35 per ons troi (setara 31,1 gram). Dibandingkan dengan harga tertingginya tahun lalu, yakni US$ 1.790,4 per ons troi (4/10), harga emas ini sudah tergelincir 6,43%.

Ternyata, selama Januari ini, penurunan harga emas masih berlanjut. Rabu (9/1), harga emas berakhir di US$ 1.656,18 per ons troi atau turun 1,14% dari harga di akhir tahun lalu.

Sepanjang tahun lalu hingga Januari ini, harga emas juga belum bisa mematahkan rekor harga penutupan tertingginya sepanjang sejarah di US$ 1.906 per ons troi yang tercapai Agustus 2011 silam. Asal tahu saja, tahun 2011 silam, emas juga sempat diperdagangkan di level US$ 1.923,7 per ons troi.

Melihat tren harga yang makin loyo tersebut, mungkin timbul pertanyaan penting di benak para investor maupun calon investor emas. Masih menarikkah emas sebagai instrumen investasi tahun ini?

Makin sulit diprediksi

Meski sekilas harga emas terlihat cenderung terus turun, sejatinya, secara rata-rata, harga emas tahun lalu masih lebih baik ketimbang rata-rata harga emas tahun 2011.

Di 2011, rata-rata harga kontrak berjangka emas di pasar spot diperdagangkan di level US$ 1.647,73 per ons troi. Sedangkan rata-rata harga emas pada tahun 2012, mencapai US$ 1.676,51 per ons troi. Itu berarti, rata-rata harga emas tahun lalu masih naik 1,74%.

Di pasar dalam negeri, harga emas fisik produksi Divisi Logam Mulia PT Aneka Tambang Tbk (Antam) relatif stabil. Kendati tetap mengekor pergerakan harga emas di pasar spot mancanegara yang lebih tajam berfluktuasi, faktor nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sedikit banyak membuat harga emas di dalam negeri relatif lebih kalem. Penurunan atau kenaikan harga boleh dibilang tidak dramatis.

Di tahun 2011, harga emas batangan yang dijual Divisi Logam Mulia Antam masih berkisar Rp 400.000-Rp 500.000 per gram. Sedangkan di tahun 2012, harga emas batangan per gramnya awet berada di atas Rp 500.000 per gram.

Jika menghitung sejak akhir 2011 hingga kini, kenaikan harga emas batangan Antam ukuran 1 gram mencapai 7,64% atau setara Rp 41.200. Pada Rabu lalu (9/1), harga emas batangan Antam ukuran 1 gram dibanderol Rp 580.200 per gram. Untuk ukuran di atas itu, harga belinya bervariasi, antara Rp 560.200 hingga Rp 541.000 per gram.

Toh, meski harga beli emas batangan sudah demikian mahal, animo pembelian si logam mulia utama ini terus tinggi. Tengok saja kinerja penjualan emas batangan Antam. Wakil Presiden Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam Herman Djazi menuturkan, tahun lalu, penjualan emas batangan Logam Mulia Antam mencapai 5,2 ton. Sedang nilai penjualan total emas batangan sekitar Rp 2,8 triliun.

Memasuki tahun ini, pergerakan logam mulia utama tersebut tak jua surut menuai perhatian pelaku pasar. Setelah menutup harga tahun 2012 di level US$ 1.675,8 per ons troi, harga emas di pasar spot sempat terperosok ke level terendah dalam sejak Agustus 2012, yaitu di level US$ 1.626 per ons troi (4/1).

Harga emas batangan Antam juga ikut tertekan. Memasuki awal tahun 2013, harga beli emas batangan ukuran 1 gram mencapai Rp 579.200, turun tipis dari harga di pengujung 2012 yang berkisar Rp 584.200. Harga emas lantakan tersebut terus tertekan ke level Rp 577.200 per gram (10/1).

Tekanan yang sempat melanda harga emas di awal tahun bersumber dari Amerika Serikat (AS). Sinyal yang dilontarkan oleh The Federal Reserves, bank sentral AS, terkait rencana penghentian quantitative easing pada tahun ini, dinilai para pelaku pasar masih belum jelas. Hal itu memicu ketidakpastian arah di mata pelaku pasar.

Ketidakpastian yang dahulu lazim memoles harga emas, beberapa waktu belakangan justru menggembosi pamor si logam mulia itu. "Pergerakan harga emas semakin sulit diprediksi," ujar Nizar Hilmy, analis dari SoeGee Futures.

Krisis finansial global yang makin berlarut-larut membuat status emas sebagai safe haven, mulai diperdebatkan. Pasalnya, ketika ketidakpastian merebak, pelaku pasar malah seringkali lebih memilih menyerbu dollar Amerika Serikat (AS).

Di waktu lain, kerap pula harga emas tetap terpuruk ketika kondisi sentimen di pasar cenderung positif. Yang terakhir, meredanya isu tebing fiskal AS atawa fiscal cliff melegakan pasar. Alhasil, harga emas terkoreksi.

Melihat data itu, tak perlu heran jika pergerakan harga emas, terutama di pasar spot, semakin fluktuatif dan sulit diprediksi dengan lebih tepat. Emas bersalin rupa jadi aset berisiko laiknya saham atau komoditas seperti minyak mentah.
Toh, sebagian besar analis menebar optimisme tentang masa depan emas. "Harga emas berpeluang rebound ke level US$ 1.700 dan melanjutkannya ke level US$ 1.780 per ons troi kendati pergerakannya fluktuatif hingga akhir tahun ini," ujar Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures.

Ibrahim, analis Harvest International Futures, menimpali, tingginya permintaan emas fisik menjadi faktor penting pemoles harga logam mulia ini.

Kabar terbaru, Dana Pensiun Negeri Sakura, Jepang, berencana menaikkan portofolio emas mereka dalam dua tahun ke depan untuk mengantisipasi tingginya inflasi.

Saat ini, aset emas yang ditanam oleh Dana Pensiun Jepang mencapai ¥ 45 miliar. "Tahun 2015 mendatang, nilai asetnyamungkin naik menjadi ¥ 100 miliar atau setara US$ 1,1 miliar," ujar Itsuo Toshima, representasi World Gold Council Tokyo seperti dikutip Bloomberg, Senin (8/1).

Perayaan Imlek dan Festival Diwali India juga lazim mendorong permintaan emas. Di sisi lain, investor perlu mewaspadai perkembangan utang AS. Februari nanti, isu pembahasan batas atas utang Negeri Paman Sam akan memuncak. "Emas mungkin terkoreksi mendekati US$ 1.500 per ons troi," prediksi Ibrahim.

Investor perlu juga mencermati timing The Fed menghentikan stimulus. Indikasinya, jika yield atau imbal hasil surat utang AS tenor 30 tahun berada di level 4,5%. "Jika yield terus naik secara kuat, ini bisa mendorong The Fed menaikkan suku bunga acuan. Emas otomatis terkoreksi," jelas Christian. Saat ini, yield surat utang AS itu masih di kisaran 3%.

Harga masih wajar?

Di mata Leo Hadi Loe, pengamat emas, harga emas saat ini terlalu kental dengan unsur spekulasi. Dus, harga di pasar semakin jauh dari harga wajarnya. Menurutnya, ongkos produksi emas hanya berkisar US$ 400-US$ 500 per ons troi.

Melihat harga saat ini, artinya ada pr emium me l ebihi US$ 1.000 per ons troi. Loe memperingatkan, jika kelak krisis finansial global yang berpusat di Eropa dan AS benar-benar tuntas, harga emas bisa anjlok cepat ke harga wajarnya, di kisaran US$ 600-US$ 700 per ons troi. "Tahun 1995, harga emas masih di kisaran US$ 275 per ons troi," kata dia.

Saat krisis berakhir, institusi pengelola modal kakap (hedge fund) akan ramai-ramai mengalihkan investasinya dari emas
ke aset lain yang potensi return atau keuntungannya lebih gurih, seperti saham.

Wah, jika begitu, berarti harga emas fi sik saat ini kemahalan juga, dong? "Ya, coba saja hitung dari ongkos produksinya, wajar tidak harga saat ini," ujar Leo retoris.

Namun, Leo memberi catatan, selama faktor spekulasi di pasar masih besar, harga emas kemungkinan akan terus didorong ke atas. "Sebagai investasi jangka panjang, emas tetap menarik," kata Nizar.

Keputusan berinvestasi di instrumen ini akan sangat bergantung dari asumsi yang kita pakai dan yakini sebagai investor. Tujuan investasi Anda juga menentukan. Jika Anda meyakini harga emas di masa mendatang bakal terus membubung tinggi, membeli di harga saat ini tentu tidak jadi soal. Meskipun, boleh jadi, harga emas fi sik sekarang sudah terasa mahal bagi Anda.

Di tengah harga yang masih berfl uktuasi dan cenderung turun seperti saat ini, analis menyarankan agar pembelian emas dilakukan secara bertahap. Hal itu untuk mengantisipasi terjadinya penurunan harga lebih lanjut. "Beli saat harga di pasar spot berkisar US$ 1.500 per ons troi," saran Christian.

Level itu dinilai level beli aman untuk mengoleksi emas dalam jangka panjang. Adapun, bagi Anda yang sudah memiliki emas saat ini, ada baiknya ditahan dulu alias jangan dijual. Pasalnya, harga beli kembali (buyback price) saat ini masih rendah.

Tengok saja di Antam. Harga jual emas ukuran terkecil 1 gram hingga 250 gram dibanderol Rp 580.000-Rp 541.000 per gram, Rabu (9/1). Namun, buyback price cuma Rp 511.000 per gram. "Maka itu, emas fisik tidak cocok untuk investasi jangka pendek karena selisih harga jual dan beli masih sangat lebar," kata Suluh A. Wicaksono, analis Askap Futures mengingatkan.

Suluh merekomendasikan pembelian emas fi sik saat harganya sudah bertengger di bawah Rp 570.000 per gram. Di pasar kontrak, di yakin, harga emas pada kuartal I ini berpeluang menembus US$ 1.700-US$ 1.750 per ons troi. Christian meramal, sepanjang tahun ini, harga emas akan bergerak di kisaran US$ 1.540-US$ 1.685 per ons troi. Adapun Nizar meramal, tahun ini harga emas fi sik bisa ke kisaran Rp 585.000-Rp 590.000 per gram.

Kendati mayoritas analis yakin prospek emas masih bagus, ada baiknya Anda berhitung lebih cermat agar tidak kalap. Ingat prinsip utama investasi: tidak ada investasi tanpa risiko. Sekalipun itu berinvestasi di safe haven emas!


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 16 - XVII, 2012 Komoditas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×