Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan standar Bahan Bakar Minyak (BBM) rendah sulfur dengan kualitas Euro 4 secara menyeluruh di Indonesia baru akan dimulai pada tahun 2028, tepatnya di kuartal ketiga.
Hal ini disampaikan oleh Senior Vice President Business Development PT Pertamina (Persero), Wisnu M. Santoso, yang menyatakan bahwa target tersebut berlaku untuk semua jenis bahan bakar, baik solar maupun bensin.
"Kami menargetkan tahun 2028, pada triwulan ketiga, walaupun agak terlambat, namun kami terus berjuang untuk mencapainya. Kami juga berharap dukungan dari pemerintah agar target ini tercapai, sehingga pada saat itu seluruh bahan bakar, baik solar maupun bensin, sudah bisa memenuhi standar Euro 4," ujar Wisnu dalam paparannya pada acara Multi Stakeholder Consultation Meeting Persiapan Pasokan BBM untuk Penerapan BBM Euro 4, Jumat (9/8).
Ia juga menjelaskan bahwa perjalanan Indonesia dalam mencapai standar Euro 4 sudah berlangsung cukup lama.
"Sejak tahun 2012, bahkan sebelumnya di tahun 2010, kita sudah berupaya untuk mencapai standar Euro 2. Secara bertahap, kita sekarang menuju Euro 4, meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara maju, kita masih tertinggal. Di Eropa sendiri, mereka sudah mulai menerapkan standar Euro 6," jelasnya.
Baca Juga: Ini Penyebab Keterlambatan Penerapan Euro 4 di Indonesia
Wisnu menekankan bahwa Pertamina harus terlebih dahulu memastikan pasokan yang memadai sebelum dapat menerapkan standar Euro 4 sepenuhnya. Saat ini, hanya kilang Balongan atau Refinery Unit (RU) 6 di Indramayu, Jawa Barat, yang sudah mampu menyediakan solar dengan standar Euro 4.
"Saat ini, kami memiliki quick win, di mana kilang Balongan sudah dilengkapi dengan unit pengolahan diesel hydrotreater yang bisa diaktifkan untuk menghasilkan bahan bakar solar dengan standar Euro 4," ungkap Wisnu.
Untuk mendukung pasokan dari kilang Balongan, Wisnu juga mengungkapkan bahwa Pertamina sedang melakukan konstruksi guna meningkatkan kapasitas kilang RU5 di Balikpapan.
"Kami mulai sejak tahun 2020, saat itu kami menyadari bahwa standar kilang RU5 di Balikpapan masih sangat rendah. Oleh karena itu, kami telah melakukan proses upgrading dan sudah menginvestasikan lebih dari US$ 5 miliar. Insya Allah kilang Balikpapan ini akan mulai beroperasi pada triwulan ketiga tahun 2025," tambahnya.
Selain kilang Balikpapan, Wisnu menjelaskan bahwa Pertamina juga akan melakukan peningkatan pada kilang PT Trans-Pacific Petrochemical Indotama (PT TPPI), RU 4 kilang Cilacap, dan RU 2 kilang Dumai.
Baca Juga: Dapat Subsidi, BBM Rendah Sulfur Harganya Sama dengan Biosolar
"Selanjutnya, kami akan melakukan upgrade pada kilang TPPI di Tuban dengan kapasitas kondensat splitter sekitar 100 ribu barel per hari. Selain itu, kilang Cilacap juga akan diperluas kapasitas diesel hydrotreater-nya, begitu pula kilang Dumai," jelasnya.
Wisnu juga menyebut bahwa peningkatan kapasitas di beberapa kilang tersebut akan menambah beban anggaran Pertamina.
"Dari estimasi awal, nilai capex atau anggaran belanja tambahan ini bisa mencapai hampir US$ 2 miliar," katanya.
Sebagai tambahan, Wisnu menjelaskan bahwa BBM dengan standar Euro 4 sebenarnya sudah tersedia untuk produk-produk non-subsidi yang menyasar segmen kelas menengah ke atas.
"Untuk BBM berkualitas tinggi yang tidak termasuk kategori subsidi, kami sudah menggunakan standar Euro 4. Ini berlaku untuk produk seperti Pertadex, Pertamax Turbo, dan Pertamax Green 95, dengan kandungan sulfur dan emisi yang maksimal di bawah 50 ppm," tutup Wisnu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News