kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menghadapi teknologi transportasi baru, Indonesia musti gandeng negara lain


Kamis, 17 Desember 2020 / 19:09 WIB
Menghadapi teknologi transportasi baru, Indonesia musti gandeng negara lain
ILUSTRASI. Truk pengangkut membawa mobil listrik Tesla Model 3 baru keluar dari pabrik. REUTERS/Stephen Lam


Reporter: Lamgiat Siringoringo | Editor: Lamgiat Siringoringo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Disrupsi teknologi yang terjadi saat ini juga membawa perubahan besar pada sektor transportasi di Indonesia. Yang paling akan terasa adalah perubahan tren kendaraan.

Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, menegaskan beberapa dekade dari sekarang Indonesia akan menghadapi implementasi besar-besaran kendaraan listrik atau electric vehicle (EV), connected-autonomous vehicles atau kendaraan otonom terkoneksi (CAV), dan Mobility as a Service (MaaS).

“Ada empat fitur utama yg menandai tren transportasi dan mobilitas masa depan, yakni autonomous, connected, electrified, and shared (ACES), belum lagi potensi teknologi blockchain yang dapat melengkapi fitur-fitur ini dalam waktu dekat,” kata Heru Dewanto saat webinar internasional "Technology innovation and Business in Transportation Sector" yang digelar pada Rabu (16/12) melalui keterangan pers.

Indonesia saat ini tengah berada dalam fase ke 4 evolusi transportasi perkotaan, di mana platform ride-hailing (layanan online) menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari.

“Layanan kendaraan online adalah sesuatu yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya,” imbuhnya. Inovasi teknologi di berbagai negara di seluruh dunia masih berlangsung dalam bentuk dan kecepatan yang berbeda-beda berdasarkan faktor sosial ekonomi, norma sosial budaya, pembangunan infrastruktur transportasi perkotaan, serta kualitas dan ketersediaan angkutan umum.

“Kesenjangan infrastruktur dan implementasi inovasi teknologi baru di sektor transportasi di berbagai negara membuka peluang bagi negara dan badan usaha di seluruh dunia untuk bekerja sama,” ujar Heru.  Menurutnya inovasi teknologi di sektor transportasi terus dilakukan. Bahkan, penelitian dan pengembangan kendaraan listrik tanpa pengemudi atau kendaraan listrik otonom juga menjadi perhatian pemerintah Indonesia.

Salah satu kerjasama teknologi sektor transportasi secara nyata dapat dilihat dari pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung yang sedang berlangsung. Pembangunan infrastruktur tersebut menggunakan skema kerjasama B to B oleh BUMN Indonesia dan Beijing Yawan HSR Co. Ltd. Adapun perkembangan pembangunan kereta cepat tersebut telah mencapai 60%.

Dengan semakin banyaknya inovasi teknologi baru, kolaborasi dan peluang bisnis antara negara di luar negeri dan Indonesia menjadi tidak terhitung.

“Kerjasama dalam pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung membuktikan kolaborasi dan bisnis dari berbagai negara dapat mengkatalisasi dampak positif dari inovasi teknologi di negara berkembang.




TERBARU

[X]
×