kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.694.000   -13.000   -0,76%
  • USD/IDR 16.401   5,00   0,03%
  • IDX 6.606   19,09   0,29%
  • KOMPAS100 964   -2,78   -0,29%
  • LQ45 747   -0,24   -0,03%
  • ISSI 206   0,68   0,33%
  • IDX30 388   0,44   0,11%
  • IDXHIDIV20 470   1,92   0,41%
  • IDX80 109   -0,32   -0,29%
  • IDXV30 114   -1,22   -1,06%
  • IDXQ30 127   0,06   0,05%

Menilik Bisnis Bubble Tea di Indonesia: Masih Cuan atau Mulai Meredup?


Rabu, 26 Februari 2025 / 15:42 WIB
Menilik Bisnis Bubble Tea di Indonesia: Masih Cuan atau Mulai Meredup?
ILUSTRASI. Bisnis minuman boba atau bubble tea di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan, bagaimana nasibnya saat ini?


Reporter: Leni Wandira | Editor: Tri Sulistiowati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis minuman boba atau bubble tea di Indonesia pernah mengalami masa kejayaan dengan pertumbuhan yang sangat pesat, terutama setelah pandemi. Namun, apakah di tahun 2025 tren ini masih berlanjut, atau justru sudah mengalami penurunan?  

Menurut pengamat marketing dan konsultan bisnis Yuswohady bisnis boba mengikuti pola hype yang biasa terjadi di industri makanan dan minuman kekinian. Ia menjelaskan bahwa ada siklus dalam tren ini—mulai dari fase hype yang membuat minuman ini sangat populer, diikuti dengan fase penurunan, dan kemudian stabilisasi dalam jangka panjang.  

"Di fase hype, permintaan melonjak karena banyak orang terdorong oleh efek FOMO. Konsumen kita semakin sensitif terhadap tren karena pengaruh algoritma media sosial. Mereka ingin mencoba sesuatu yang sedang viral dan dianggap relevan secara sosial," ujar Yuswohady kepada KONTAN, Rabu (26/1).

Baca Juga: Pelaku Bisnis Kuliner Khas Medan Ini Memacu Ekspansi Cabang di Jakarta

Namun, begitu tren berangsur mereda, hanya bisnis dengan produk yang benar-benar memiliki "product-market fit" yang bisa bertahan. "Kalau di fase hype, orang beli karena ingin ikut-ikutan. Tapi ketika hype turun, konsumen mulai menilai apakah produk ini benar-benar mereka butuhkan dan cocok dengan selera mereka," tambahnya.  

Di tahun 2025, minuman boba sudah melewati fase puncak hype-nya. Namun, bukan berarti bisnis ini akan mati begitu saja. Yuswohady menilai bahwa meskipun pertumbuhannya melambat, industri boba tetap memiliki pasar yang stabil, terutama di kalangan Gen Z.  

"Gen Z masih mengonsumsi boba sebagai bagian dari gaya hidup mereka. Ini bukan sekadar minuman, tapi juga alat ekspresi sosial. Dengan inovasi yang tepat, bisnis boba bisa tetap sustain, meskipun tidak seagresif di masa-masa awal booming-nya," jelasnya.  

Salah satu tantangan terbesar bagi bisnis boba saat ini adalah inovasi produk. Yuswohady menyoroti bahwa merek-merek yang tidak mampu beradaptasi akan sulit bertahan. 

"Lihat saja beberapa merek es krim atau makanan kekinian yang sudah mulai kehilangan pelanggan karena tidak ada inovasi. Boba pun harus terus menghadirkan varian baru agar tetap menarik," pungkasnya.

Baca Juga: HokBen Memperkenalkan Gerai "Prioritas" Bertajuk HokBen Plus

Selanjutnya: Bahlil Pastikan BBM yang Disalurkan ke Masyarakat Sudah Sesuai Spesifikasi

Menarik Dibaca: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2025 Kota Jakarta Pusat dan Sekitarnya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×