Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan nilai tukar rupiah yang mencapai Rp15.693 pada pekan ketiga Agustus 2024 memberikan dampak yang beragam bagi industri elektronik di Indonesia.
Tekno Wibowo, Direktur Komersial PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), menjelaskan bahwa penguatan rupiah umumnya memberikan keuntungan untuk pasar domestik, namun dapat menurunkan daya saing ekspor.
Walau demikian, efek penurunan harga baru akan dirasakan dalam waktu sekitar tiga bulan ke depan karena komponen untuk produksi telah dibeli sebelumnya. Polytron menilai kestabilan nilai tukar lebih penting dibandingkan dengan level spesifik nilai rupiah.
"Penurunan harga baru akan terasa dampaknya dalam tiga bulan ke depan, karena semua komponen sudah terbeli," kata Tekno saat dihubungi KONTAN pada Selasa (20/8).
Baca Juga: Perkasa, Rupiah Spot Menguat 0,35% ke Rp 15.495 Per Dolar AS Pada Selasa (20/8) Siang
Di sisi lain, Andry Adi Utomo, National Sales Senior General Manager PT Sharp Electronics Indonesia, mencatat bahwa dampak penguatan rupiah masih perlu dipantau lebih lanjut.
Saat ini, perusahaan masih bertransaksi dengan dolar yang tinggi dan menghadapi kenaikan harga kontainer. Belum ada indikasi jelas mengenai dampak penguatan ekonomi global dan domestik.
"Indikator kenaikan ini juga belum menggambarkan penguatan ekonomi global dan domestik. Pasar global masih sepi akibat kelangkaan kontainer dan dampak resesi global. Pasar domestik juga belum sepenuhnya normal setelah puncaknya di hari lebaran kemarin," kata Andry kepada KONTAN.
Sharp tengah menerapkan strategi "wait and see" sambil berusaha menjaga keuntungan yang tergerus oleh masuknya barang dari China dengan harga murah.
"USD vs rupiah selalu kami set setiap awal fiscal sebagai acuan. Jadi, berapapun asal stabil, kami bisa menetapkan profitnya," tambah Andry.
Baca Juga: Rupiah Spot Naik Terhadap Dolar AS Pagi Ini (20/8), Memimpin Kenaikan Mata Uang Asia
Sementara itu, Imam Firdaus, Marketing Manager Toshiba TV Indonesia, berharap penguatan rupiah berdampak positif pada stabilitas harga bahan baku produksi.
Penguatan ini diharapkan dapat menurunkan biaya produksi dan operasional, sehingga berpotensi meningkatkan daya beli konsumen dan memberikan keuntungan bagi produsen.
"Menguatnya nilai tukar rupiah diharapkan dapat menstabilkan harga bahan baku produksi, yang akan mengurangi biaya produksi dan operasional, serta meningkatkan daya beli konsumen," ujar Imam kepada KONTAN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News