kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.237.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.640   3,00   0,02%
  • IDX 8.044   -17,24   -0,21%
  • KOMPAS100 1.114   -2,28   -0,20%
  • LQ45 784   -9,49   -1,20%
  • ISSI 282   1,25   0,44%
  • IDX30 411   -4,49   -1,08%
  • IDXHIDIV20 468   -6,38   -1,35%
  • IDX80 122   -0,32   -0,26%
  • IDXV30 133   0,84   0,63%
  • IDXQ30 130   -1,49   -1,14%

Menilik Sengkarut Pembelian Pasokan BBM SPBU Swasta ke Pertamina


Rabu, 01 Oktober 2025 / 20:01 WIB
Menilik Sengkarut Pembelian Pasokan BBM SPBU Swasta ke Pertamina
ILUSTRASI. Kondisi di spbu swasta yang terlihat kosong dari antrian pelanggan di kawasan Tanah Kusir, Jakarta, Selasa (30/9/2025). Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung membenarkan adanya badan usaha swasta yang belum membeli bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina. Opsi membeli BBM dari Pertamina sendiri dilakukan di tengah kelangkaan stok yang melanda SPBU swasta./KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Diki Mardiansyah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana penjualan bahan bakar minyak (BBM) Pertamina Patra Niaga kepada jaringan SPBU swasta mandek. Tiga pemain besar, yakni Vivo, BP-AKR, dan Shell, kompak masih belum menemukan kesepakatan untuk pembelian base fuel dari perusahaan pelat merah itu.

Padahal, Pertamina sudah menyiapkan pasokan sebesar 100.000 barel untuk memenuhi kebutuhan distribusi swasta. Bahkan, Vivo sempat sepakat membeli 40.000 barel base fuel pada 26 September 2025. Namun, kesepakatan itu tiba-tiba dibatalkan.

“Vivo membatalkan untuk melanjutkan. Setelah setuju [membeli] 40.000 barel, akhirnya tidak disepakati,” kata Wakil Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Achmad Muchtasyar, dalam rapat dengan Komisi XII DPR RI, Rabu (1/10/2025).

Achmad menjelaskan, pembatalan tersebut bukan karena kualitas produk, melainkan faktor kandungan. Hasil uji laboratorium pada kargo MT Sakura dengan volume 100.000 barel RON 92 menunjukkan adanya etanol sebesar 3,5%.

Kandungan itu sejatinya masih aman, karena pemerintah mengizinkan hingga 20%. Namun, Vivo dan Aneka Petroindo Raya (APR) yang merupakan joint venture antara BP dan AKR Corporindo Tbk, memilih mundur lantaran komposisi tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi produk mereka.

Baca Juga: Kapan BBM Shell Tersedia Kembali? Ini Penjelasan Terbaru Manajemen Shell

“Ini bukan masalah kualitas, masalah konten. Kontennya ini aman bagi karakteristik spesifikasi produk yang masing-masing. Karena ini beda-beda merek, beda spesifikasi. Maunya begini, maunya begitu,” jelas Ahmad.

Sementara itu, Shell mundur dengan alasan berbeda. Perusahaan asal Inggris tersebut disebut terbentur urusan birokrasi internal sehingga tidak bisa meneruskan negosiasi.

Direktur SPBU Vivo Imam Bonjol, Leonard Mamahit membenarkan pembatalan pembelian BBM dari Pertamina. Ia menyebut ada syarat teknis yang tidak bisa dipenuhi.

"Memang betul kami sesuai dengan saran dari Pak Menteri, kami telah mengadakan negosiasi dengan Pertamina untuk membeli. Tapi karena ada beberapa hal teknis yang tidak bisa dipenuhi oleh Pertamina sehingga apa yang sudah kami mintakan itu dengan terpaksa dibatalkan," ujar Leonard.

Leonard mengakui, pihaknya tidak menutup kemungkinan akan tetap berkoordinasi dengan Pertamina untuk kesempatan berikutnya apabila syarat dipenuhi oleh Pertamina.

Baca Juga: Vivo Batal Beli BBM dari Pertamina, Bagaimana dengan Shell dan BP?

VIVO juga menyampaikan bahwa stok BBM di jaringan SPBU-nya sudah habis pada Oktober ini.

"Saat ini memang stok kami sudah habis di bulan Oktober ini, jadi tidak ada lagi yang bisa kami jual ban bakarnya pada akhir bulan Oktober ini," tuturnya.

Peluang Masih Terbuka

Meski demikian, pintu kerja sama tidak sepenuhnya tertutup. Achmad memastikan, SPBU swasta masih membuka peluang untuk membeli BBM Pertamina pada pengiriman berikutnya, dengan catatan pasokan dipastikan bebas kandungan etanol.

Tantangan Implementasi

Praktisi migas Hadi Ismoyo menilai, kondisi ini sudah bisa diprediksi sejak awal. Menurutnya, langkah pemerintah mendorong sinergi antara Pertamina dan SPBU swasta memang positif, tetapi implementasi di lapangan tidak sederhana.

“Ini menyangkut brand besar yang sangat menjaga loyalitas konsumen terkait mutu, spesifikasi, kualitas, dan harga. Daripada reputasi hancur, lebih baik menunda dulu,” jelas Hadi kepada Kontan, Rabu (1/10).

Hadi menambahkan, opsi realistis bagi Vivo dan pemain lain adalah mengajukan kuota baru dalam Work Program & Budget (WP&B) 2026.

“Lebih baik tutup dulu sementara tiga bulan, lalu ajukan kuota baru yang lebih besar tahun depan sesuai arahan pemerintah,” katanya.

Baca Juga: Pasokan BBM untuk SPBU Swasta dari Pertamina Sudah Tiba di Tanah Air

Selanjutnya: Melihat Kinerja Portofolio Investasi per September 2025, Emas Masih Paling Cuan

Menarik Dibaca: 7 Zodiak yang Paling Kompetitif, Capricorn Salah Satunya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×