kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menjaring konsumen melalui tangan agen


Rabu, 27 Februari 2013 / 19:05 WIB
Menjaring konsumen melalui tangan agen
ILUSTRASI. Dysautonomia adalah salah satu gejala long covid yang dapat Anda alami.


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Dari mana biasanya Anda membeli tiket pesawat? Membeli langsung dari situs maskapai di internet atau dari agen? Lazimnya, maskapai di Indonesia melakoni dua cara tersebut: online dan konvensional alias lewat agen perjalanan. Kecuali AirAsia.

AirAsia – maskapai low cost carrier yang agresif menggarap pasar Indonesia – menjual tiket pesawat melalui internet dan perwakilan sendiri, sejak awal kehadiran mereka di Indonesia tahun 2005.

Alhasil, penumpang AirAsia harus memanfaatkan kecanggihan teknologi; mulai sejak memesan tiket pesawat hingga boarding menjelang keberangkatan. Tengok saja, di terminal keberangkatan AirAsia, kita jarang menemukan antrean calon penumpang yang melakukan check in dan menukar boarding pass. Calon penumpang bisa mendapatkan boarding pass dengan memindai gadget berisi barcode pembelian tiket, pada perangkat yang tersedia.

Pembelian tiket melalui internet juga diyakini memotong ongkos distribusi dan biaya agen. Dengan begitu, AirAsia bisa menawarkan harga tiket yang lebih murah.

Selama delapan tahun berpraktik bisnis demikian, ternyata Indonesia AirAsia belum puas. Belakangan ini, justru mereka mengembangkan penjualan tiket melalui agen perjalanan. Menurut Dharmadi, Chief Executive Office Indonesia AirAsia, langkah ini diambil melalui pertimbangan panjang dan lama. Ia sempat memberi penjelasan kepada CEO Air Asia Bhd, Tony Fernandes, ketika pertama kali Air Asia masuk ke Indonesia bahwa budaya pasar di Indonesia berbeda dengan di negara lain, yakni terbiasa membeli tiket di agen perjalanan. “Sayangnya Tony tidak percaya,” katanya.

Namun, setelah merasakan sendiri bisnis penerbangan di Indonesia dan mengobrol dengan beberapa pengusaha agen perjalanan, Tony baru mengamini pernyataan Dharmadi. Misalnya, kalangan berumur di Indonesia, ternyata masih banyak yang enggan bertransaksi online dan cenderung menggunakan jasa agen travel.

Direktur Pemasaran Wita Tour, Rudiana, mengatakan hal yang sama. Bahkan, menurut dia, tidak sedikit orang usia muda masih menggunakan jasa agen perjalanan. Pasalnya, konsumen belum sepenuhnya teredukasi dengan sistem pembayaran online menggunakan kartu kredit atau kartu debit.

Sementara berdasarkan data Indonesia AirAsia, 87% penjualan tiket menggunakan sistem online dan sisanya dijual melalui kantor penjualan mereka. Namun, dari porsi sistem online tersebut, Air Asia tak bisa mendeteksi jumlah penjualan tiket melalui para agen perjalanan. Maklumlah, agen perjalanan bisa melakukan transaksi untuk melayani pelanggan mereka, dengan jalur end user.

Menjadi lebih efisien

Di sisi lain, tampaknya Air-Asia berniat untuk meningkatkan pasar domestik mereka. Menurut siaran pers Departemen Perhubungan pertengahan Februari 2013, selama tahun 2012 terdapat 63,6 juta penumpang domestik dengan pemimpin pasar Lion Air (23,9 juta penumpang). Dalam pasar domestik, AirAsia bahkan tidak masuk peringkat lima besar – dikunci oleh Merpati Nusantara (2,1 juta penumpang).

Tony Fernandes, seperti dikutip Fortune Indonesia, mengakui bahwa pihaknya belum menggenggam pasar domestik. “Karena kami tidak melakukannya dengan gaya Indonesia. Kami harus mempelajari gaya Indonesia,” ujarnya.

Itu sebabnya, mereka mulai mengembangkan jaringan dengan agen perjalanan. Bahkan, AirAsia menggandeng Bank Internasional Indonesia (BII) untuk membangun sistem Corporate On Line Payment (CoOLPAY). Sebenarnya, hubungan AirAsia dengan BII sudah terjalin sejak tahun 2011. BII membantu penjualan langsung tiket pesawat AirAsia kepada pelanggan perorangan melalui layanan BII e-commerce.

Kini, aturan mainnya sedikit beda. Biro perjalanan harus mendaftar dulu kepada Indonesia AirAsia untuk memperoleh identitas pengenal (ID) dan mengisi saldo minimal Rp 5 juta ke rekeningnya di Bank BII, yang akan otomatis terpotong harga tiket. “Layanan ini sangat sederhana dan mudah,” ujar Dharmadi lagi.

Sistem CoOLPAY akan membuat AirAsia terhubung dengan biro perjalanan yang menjadi mitranya. Alhasil, AirAsia dapat mengontrol penjualan tiket melalui biro. Presiden Direktur BII, Dato’ Khairussaleh Ramli, menambahkan, AirAsia juga bisa memperoleh laporan secara online dan real time atas setiap transaksi.

Sebagai kompensasi, biro perjalanan memperoleh komisi dari penjualan tiket AirAsia ini. Hanya, besarannya tidak seragam alias bergantung pada negosiasi biro dengan maskapai.

Namun, Dharmadi menegaskan bahwa harga penjualan tiket AirAsia melalui internet dan agen perjalanan akan sama.

Setelah berjalan selama dua pekan hingga 15 Februari lalu, ada 1.500 biro perjalanan yang mendaftar dari sekitar 4.000 biro dan agen perjalanan di Indonesia. Porsi penjualan tiket melalui biro perjalanan diketahui mencapai 13%, sementara pembelian tiket secara online oleh konsumen sebesar 69%.

Tak hanya itu, menurut Head of Distribution Indonesia Air-Asia Suryawan Sutjitro, nilai top up yang paling besar saat ini mencapai Rp 50 juta. Ia optimistis nilai tersebut akan terus bertambah seiring pertumbuhan pasar penumpang pesawat di Indonesia. Sayangnya, Dharmadi tidak bersedia menyebutkan target penjulan tiket melalui biro perjalanan dari CoOLPAY. Yang jelas, Indonesia AirAsia menargetkan penumpang 8,5 juta tahun ini.


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 22 - XVII, 2012 Manajement

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×