Sumber: Antara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Kementerian Pariwisata akan fokus meningkatkan dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah di tanah air.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menyatakan, pihaknya akan fokus pada tiga hal untuk membangun dan memperbaiki tata kelola destinasi wisata ziarah.
"Saya akan fokus pada pemasaran, destinasi, dan SDM," kata Menteri Arief Yahya.
Menurut dia, diperlukan pengembangan destinasi wisata ziarah secara lebih serius, termasuk pengelolaan destinasi, pengemasan produk wisata, serta promosi dan pemasaran pada segmen wisata minat khusus tersebut.
Khusus untuk tata kelola destinasi, fokus pada kemasan atraksi dan daya tarik wisata ziarah.
"Saya minta koreografer dari nasional, pakaian juga diperhatikan. Promosi nanti kita akan bantu di semua tv nasional. Saya juga akan fokus di sanitasi, wc bersih," katanya.
Ia mengatakan, mulai tahun depan pihaknya akan mengalokasikan Rp 1 miliar per satu lokasi destinasi wisata ziarah untuk biaya pengelolaan destinasi khususnya sanitasi bersih.
Sementara untuk sumber daya manusia (SDM), pihaknya akan menyiapkan 100 orang per lokasi untuk memberikan bimbingan teknis soal hospitality di sebuah destinasi wisata ziarah.
"Saya mengajak lestarikanlah situs itu maka situs itu akan menyejahterakan kamu. Ke depan saya berharap wisata ziarah akan menyejahterakan masyarakat di sekitar lokasi wisata tersebut," katanya.
Menurut Menpar, Indonesia mempunyai potensi pariwisata berbasis religi yang sangat lengkap dan diakui dunia.
Ia mencontohkan, adanya Situs Walisongo berpotensi sebagai jalur rute ziarah (pilgrimage route) terbesar dan terpanjang melebihi Camino de Santiago yang saat ini menjadi kebanggaan Eropa.
Selain itu, komposisi populasi berdasarkan pemeluk agama selain membentuk segmen wisatawan berbasis religi, juga akan membentuk karakteristik destinasi wisata ziarah (pilgrimage tourism) berbasis kewilayahan.
Arief Yahya mengatakan, daya tarik wisata ziarah yang potensial untuk dikembangkan secara serius adalah Situs Walisongo yang berada di delapan kabupaten/kota di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
Selain warisan budaya berbasis Islam, situs-situs tersebut juga merepresentasikan keberagaman budaya dan toleransi antar umat beragama di Indonesia.
Selain berziarah ke makam wali-wali, daya tarik yang lain adalah perayaan haul atau peringatan keagamaan untuk mengenang jasa orang-orang yang dianggap penting dalam konteks agama dan bangsa.
Perayaan haul Sunan Ampel di Surabaya sebagai contoh kasus mampu menarik pengunjung hingga 10.000 orang per harinya.
Data yang diolah dari berbagai sumber memunculkan gambaran umum bahwa jumlah peziarah di sembilan makam Walisongo pada 2014 mencapai 12,2 juta orang dan dengan pengeluaran wisatawan hingga mencapai Rp 300.000 per kunjungan atau total pengeluaran dalam setahun sebesar Rp 3,6 triliun.
Diperkirakan pada 2014 ada 3.000 orang wisatawan mancanegara berkunjung dengan pengeluaran total sekitar US$ 450.000 atau US$ 150 per harinya.
Kementerian Pariwisata memproyeksikan kunjungan wisatawan di Situs Walisongo pada 2019 mampu mencapai 18 juta orang wisatawan nusantara atau sekitar 15% dari target wisatawan nusantara pada 2019, dengan pengeluaran wisatawan per kunjungan rata-rata Rp 400.000 atau Rp 7,2 triliun dalam setahunnya.
Strategi promosi dan pemasaran pariwisata mancanegara yang tepat diharapkan menjadikan Situs Walisongo sebagai pilihan destinasi wisata berbasis religi yang mampu menarik 10.000 wisatawan mancanegara per tahun, dengan pengeluaran total senilai US$ 1,5 juta atau rata-rata US$ 150 per harinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News