kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menperin: Hilirisasi Industri Pacu Realisasi Investasi di Sektor Industri Logam


Rabu, 26 Oktober 2022 / 12:42 WIB
Menperin: Hilirisasi Industri Pacu Realisasi Investasi di Sektor Industri Logam
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita . Hilirisasi Industri Pacu Realisasi Investasi di Sektor Industri Logam.


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan peningkatan investasi di sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya berkorelasi dengan kebijakan pemerintah dalam memacu hilirisasi industri, khususnya sektor pertambangan.

Berdasarkan data Kementerian Investasi/BKPM, pada triwulan III tahun 2022, investasi sektor industri logam dasar, barang logam, bukan mesin, dan peralatannya mencapai Rp 44 triliun. 

Angka ini memberikan kontribusi paling tinggi 14,3% terhadap realisasi total investasi di triwulan III-2022 sebesar Rp 307,8 triliun.

“Pemerintah sangat konsisten sekali bahwa realisasi investasi tidak hanya didorong oleh sektor jasa, tetapi sudah membangun industri hilirnya sehingga memperdalam struktur manufaktur kita agar bisa lebih berdaya saing,” jelasnya dalam keterangan resmi Selasa (25/10). 

Baca Juga: Investasi Asing Diperkirakan Tetap Tinggi Meski Ekonomi Global Terancam Resesi

Agus mengemukakan sesuai arahan Presiden Joko Widodo, hilirisasi industri menjadi salah satu kunci kemajuan perekonomian Indonesia. Sebab, kebijakan hilirisasi akan berkontribusi signifikan terhadap pemasukan negara melalui pajak ekspor, royalti, pendapatan negara bukan pajak (PNBP), dan dividen.

Dia memaparkan, seperti yang seringkali disampaikan oleh Presiden bahwa hilirisasi industri menjadi prioritas nomor satu.

Menperin memberikan gambaran, saat masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, kontribusi komoditas nikel nilainya sekitar Rp 15 triliun dalam setahun. Setelah masuk ke industrialisasi, nilainya melompat tajam menjadi US$ 20,9 miliar atau setara Rp 360 triliun. 

Agus menyatakan di tengah situasi dunia saat ini yang dilanda krisis pangan, energi, hingga finansial, semua negara sedang berlomba-lomba berebut investasi. Alasannya, karena dengan investasi ini ada peningkatan nilai tambah, penciptaan lapangan kerja, dan peningkatan devisa. 

Baca Juga: Industri Sektor Padat Modal Masih Mendominasi Investasi pada Kuartal III-2022

Oleh karenanya, pemerintah fokus untuk menciptakan iklim usaha dan investasi yang kondusif dengan menjaga stabilitas ekonomi dan politik yang baik di dalam negeri. 

“Apalagi, berbagai indikator penting pembangunan terus menunjukkan perbaikan, dan ini menandakan optimisme bagi kita semua untuk melakukan percepatan pemulihan dan pertumbuhan sehingga mampu menuju transformasi ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan,” imbuh Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×