kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menperin menyebut lima sektor manufaktor sokong pertumbuhan ekonomi


Selasa, 08 Januari 2019 / 19:20 WIB
Menperin menyebut lima sektor manufaktor sokong pertumbuhan ekonomi


Reporter: Eldo Christoffel Rafael | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Kementerian Perindustrian menyatakan bahwa industri manufaktur berperan penting dalam upaya menggenjot nilai investasi dan ekspor sehingga menjadi sektor andalan untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.

Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen merevitalisasi industri manufaktur melalui pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0 agar juga siap memasuki era revolusi industri 4.0.

Pada Diskusi Outlook Perekonomian Indonesia 2019, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto menjelaskan saat ini sektor industri berkontribusi terhadap PDB sebesar 20%, kemudian untuk perpajakan sekitar 30%, dan ekspor hingga 74%. “Capaian ini yang terbesar disumbangkan dari lima sektor manufaktur di dalam Making Indonesia 4.0,” kata Airlangga, dalam keterangan pers Selasa (8/1).

Kelima sektor yang dimaksud itu, yakni industri makanan dan minuman, industri tekstil dan pakaian, industri otomotif, industri kimia, dan industri elektronika. Menurut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, selain sektor-sektor tersebut, ada beberapa sektor lain yang juga punya potensi besar dalam menopang perekonomian nasional melalui kinerja ekspornya. “Seperti industri perhiasan dan industri pengolahan ikan,” sebutnya.

Menanggapi hal tersebut, Airlangga menyampaikan bahwa quickwins peningkatan ekspor bisa dilakukan melalui pengembangan ekspor produk hortikultura seperti pengalengan buah-buahan dan ekspor buah segar yang dilakukan di Lampung dan akan direplikasi di daerah lain. "Selain itu, otomotif juga punya kapasitas yang potensial. Ini memerlukan regulasi," kata Menperin.

Menperin menegaskan, pemerintah bertekad untuk terus menciptkan iklim bisnis yang kondusif dan memberikan kemudahan perizinan usaha agar dapat lebih menarik investasi. Sepanjang tahun 2018, diproyeksi penanaman modal dari sektor industri manufaktur mencapai Rp226,18 triliun.

“Kalau kita lihat, beberapa provinsi pertumbuhan ekonominya mampu lebih tinggi dari pertumbuhan nasional. Misalnya, Jawa Barat, Banten, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara, karena di daerah tersebut ada kawasan industri. Ini di luar Jawa Timur. Jadi, ada output industri,” paparnya.

Airlangga menjelaskan, aktivitas industri senantiasa konsisten memberikan efek berantai yang luas bagi perekonomian baik di daerah maupun nasional. Misalnya, peningkatan pada nilai tambah bahan baku dalam negeri, penyerapan tenaga kerja lokal, dan penerimaan devisa negara. Hal ini tidak terlepas dari peran peningkatan investasi sektor manufaktur.

“Indonesia saat ini masih menjadi negara tujuan utama untuk investasi. Ada beberapa investor yang sudah menyatakan minatnya ingin masuk, seperti dari Eropa dan Asia. Jadi, akan ada penambahan kapasitas baru di sektor industri otomotif, alas kaki, dan garmen,” ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah pun telah menyediakan fasilitas insentif fiskal berupa tax holiday bagi para investor. “Tidak hanya untuk yang berinvestasi besar, tetapi bagi mereka yang berinvestasi di bawah Rp 500 miliar juga diberikan mini tax holiday,” imbuhnya. Bahkan, implementasi pemberian mini tax holiday tersebut akan menyasar pula kepada industri yang berorientasi padat karya.

Sementara itu, guna semakin menggenjot nilai ekspor dari sektor industri manufaktur, diperlukan harmonisasi regulasi di lintas kementerian. Misalnya, dibutuhkan perjanjian dagang bebas atau kerja sama ekonomi yang komprehensif kepada negara potensial.

“Contohnya, industri tekstil alas kaki. Kami sedang menunggu CEPA, karena untuk ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa, kita dikenakan bea masuk 10%-20%. Kalau itu disamakan seperti Vietnam, jadi nol persen, maka ekspor dan kapasitas kita bisa meningkat,” tutur Menperin.

Lebih lanjut, adanya perang dagang antara Amerika Serikat dengan China, Indonesia menjadi salah satu negara yang diuntungkan. “Saya sudah ketemu pihak Nike dan lain lain, mereka akan shift sebagian ordernya ke Indonesia,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×