Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menyebut harga batubara yang digunakan untuk Domestic Market Obligation (DMO) dipastikan tetap pada harga US$ 70 per ton.
"Masih, masih (US$ 70 per ton)" ungkap Bahlil singkat saat ditemui di Kantor ESDM, Jakarta, dikutip Senin (17/11/2025).
Bahlil menambahkan, terdapat potensi kenaikan penggunaan dalam negeri tahun depan. Khusus batubara untuk listrik melalui penggunaan PLN, Bahlil bilang konsumsi bisa mencapai 140-160 juta ton per tahun.
Baca Juga: Summarecon Agung (SMRA) Catat Kenaikan Marketing Sales 34% hingga Kuartal III-2025
"Batubara kita itu sekarang kan total konsumsi untuk nasional PLN 140 juta sampai 160 juta (ton) batubara. Dan DMO ke depan kita akan prioritaskan kepada industri-industri yang memengaruhi hidup orang banyak. Apa itu? Ya, PLN (listrik), pupuk, dan semen," ungkapnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, dia juga menyebut bahwa pihaknya akan mengevaluasi Rencana Kerja dan Anggaran Biaya (RKAB) tahun depan.
Dengan potensi volume DMO (atau batubara yang digunakan dalam negeri) dapat lebih dari 25% dari total produksi.
"Nah kita akan mengevaluasi RKAB, khususnya pada volume. Karena kita mengevaluasi RKAB, maka DMO yang 25 persen itu kemungkinan besar kita akan dorong," kata dia.
"Tapi, kalau kita hitung kebutuhan nasional untuk memenuhi semen, PLN dan pupuk itu cukup 25 persen, ya gak ada masalah. Tapi kalau kita masih kurang, kita akan naikkan volume DMO. Itu maksudnya," tambahnya.
Sebelumnya, dalam catatan Kontan, Ketua Indonesia Mining Association (IMA), Hendra Sinadia sejak 2018, harga DMO batubara tidak berubah yaitu sebesar US$ 70 per ton.
Sedangkan hingga 2025, harga batubara global telah mengalami fluktiasi yang signifikan ditambah dengan meningkatnya biaya atau cost pertambangan.
"Wacana peningkatan persentase DMO sepertinya tidak sejalan dengan wacana penurunan produksi ke bawah level 700 juta ton sementara diperkirakan serapan domestik tahun depan sekitar 240 juta ton," kata Hendra kepada Kontan, Rabu (12/11/2025).
"Kemudian untuk harga jual ke kelistrikan nasional perlu dikaji apalagi sudah berlaku sejak 2018 sementara biaya operasional semakin meningkat," tambah dia.
Baca Juga: Perkuat Portofolio Premium, OYO Ekspansi 25 Properti SUNDAY di Kota Besar
Selanjutnya: Sektor Perbankan Tertekan Outflow Asing, Simak Saham Rekomendasi Analis
Menarik Dibaca: Obat Asam Urat Allopurinol atau Febuxostat, Mana yang Bisa Cegah Kambuhan?
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













