Reporter: Febrina Ratna Iskana | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Hingga saat ini pemerintah masih belum merilis keputusan resmi mengenai pengerjaan proyek New Grass Root Refinery (NGRR) di Kilang Bontang. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Ignasius Jonan menyebut, penugasan pembangunan proyek kilang baru di Bontang kepada Pertamina masih belum resmi.
"Kilang lagi dibahas, kalau bisa ditugaskan ke Pertamina," kata Jonan pada Rabu (9/11).
Jonan mengatakan, pemerintah ingin memberi penugasan kepada Pertamina, karena proyek kilang baru di Bontang tersebut sudah lama terkatung-kantung. Bahkan orang nomor satu di Kementerian ESDM ini menyebut proyek tersebut sudah dua tahun tidak berjalan.
Di sisi lain, Jonan bilang, Pertamina secara keuangan masih cukup mampu mendanai pembangunan kilang baru di Bontang. Ia juga menyebut, Pertamina bisa mempercepat pembangunan kilang Bontang jika ditugaskan oleh pemerintah.
Sementara, PT Pertamina (persero) cukup yakin mampu mempercepat pembangunan kilang baru di Bontang. Rachmad Hardadi, Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia PT Pertamina bahkan pernah mengatakan, jika pihaknya diberi penugasan maka pembangunan kilang baru Bontang bisa selesai pada 2023.
Untuk mencapainya, Hardadi menyebut setelah Pertamina mendapatkan penugasan secara resmi dari pemerintah, maka Pertamina akan segera mencari mitra melalui beauty contest untuk mengerjakan pembangunan kilang Bontang senilai US$ 10 miliar hingga US$ 13 miliar tersebut.
Hardadi menargetkan, dalam waktu tiga hingga empat bulan ke depan Pertamina sudah bisa mendapatkan mitra untuk kilang baru Bontang. Sejumlah calon investor pun diklaim Hardadi telah siap menjadi mitra Pertamina untuk membangun kilang baru tersebut.
"Sebetulnya dari shortlist yang lalu sudah ada. Kalau yang lalu kan ada enam ya, Rosneft kan sudah untuk Tuban. Nah tinggal yang lain, nanti kita lihat," imbuhnya.
Sebelumnya untuk kilang baru di Tuban, Pertamina memang mendapatkan penawaran kerjasama dari enam mitra yaitu Rosneft, Saudi Aramco (Arab Saudi), China National Offshore Oil Corporation/CNOOC (China), Kuwait Petroleum International/KPI (Kuwait), PT TGC, dan Thai Oil (Thailand).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News