kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meroketnya Harga Pupuk Jadi Momok Kenaikan Harga Pangan


Selasa, 07 Maret 2023 / 18:13 WIB
Meroketnya Harga Pupuk Jadi Momok Kenaikan Harga Pangan
ILUSTRASI. SPI mengungkap kenaikan harga pupuk menjadi salah satu momok kenaikan harga pangan termasuk beras beberapa waktu terakhir. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra/kye/17.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Serikat Petani Indonesia (SPI) mengungkap kenaikan harga pupuk menjadi salah satu momok kenaikan harga pangan termasuk beras beberapa waktu terakhir. 

Ketua Departemen Kajian Strategis Dewan Pengurus Pusat SPi, Mujahid Widian mengatakan kenaikan harga pupuk dan terbatasnya pupuk subsidi untuk petani mempengaruhi biaya modal dan produksi yang dikeluarkan oleh petani. 

"Otomatis berdampak pada harga pangan, sementara petani di Indonesia masih ketergantungan terhadap pupuk (kimia)," kata Mujahid pada Kontan.co.id, Selasa (7/3). 

Baca Juga: Cek Langsung Harga Gabah ke Petani, Jokowi: Harga Masih Tinggi

Menurutnya kesulitan akan pupuk kimia ini masih menjadi masalah bagi petani yang belum kunjung terpecahkan. 

Khusus untuk pupuk subsidi sendiri menurutnya banyak catatan yang perlu diperhatikan oleh pemerintah. Selama ini ia mengaku masih banyak petani kesulitan mengakses pupuk subsidi yang disebabkan oleh banyak hal. 

Pertama, manipulasi atau mark up data Rencana Definitif Kelompok atau Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDK/RDKK). Kedua, Pendataan kartu tani yang masih belum optimal mencakup seluruh petani yang menjadi subjek penerima bantuan pupuk subsidi. 

Ketiga, rantai penyaluran pupuk bersubsidi yang tidak praktis. "Skema penyaluran yang melibatkan banyak stakeholder (perusahaan dan kios penjual pupuk) di beberapa wilayah berakibat pada terlambatnya penyaluran bahkan sering kali tak sampai ke petani," kata Mujahid. 

Baca Juga: Ekonom: Penyaluran Bansos Pangan Tak Efektif Tekan Inflasi di Ramadan dan Lebaran

Keempat, masih adanya diskriminasi terhadap penerima pupuk subsidi yang hanya merekognisi kelompok tani dan gabungan kelompok tani.

"Hal ini berimbas pada tidak diakuinya bentuk-bentuk lain, seperti organisasi petani bahkan koperasi sebagai kelembagaan ekonomi petani, untuk menerima bantuan pupuk bersubsidi," papar Mujahid. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×