Reporter: Azis Husaini | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -SUMBAWA. Membangun listrik ke daerah-daerah terpencil tidak semudah membangun listrik di wilayah-wilayah perkotaan yang memiliki akses mudah. Menyeberangi laut dan sungai, melewati bukit dan pegunungan harus dilalui agar dapat melistriki masyarakat di lokasi-lokasi terpencil.
Sejak bulan Mei, PLN Unit Induk Wilayah Nusa Tenggara Barat (UIW NTB) mulai membangun jaringan listrik ke Dusun Punik, Kecamatan Batulanteh, Kabupaten Sumbawa. Hingga bulan Agustus, pembangunan tiang telah sampai ke Dusun Punik.
Baca Juga: Tingkatkan rasio elektrifikasi pulau terpencil, PLN manfaatkan listrik tenaga surya
Dusun Punik merupakan dusun yang berada di sekitar kawasan KPHP Batulanteh. Di huni oleh sekitar 180 jiwa dengan mayoritas mata pencaharian penduduk dari hasil perkebunan, khususnya kopi dan kemiri. Akses jalan yang rusak, ditambah banyaknya tanjakan dan turunan yang curam menjadikan waktu tempuh ke dusun ini ± 1 jam 30 menit dari Pusat Kota Sumbawa.
“Proses pembangunan tiang masih berlangsung, namun saat ini sudah hampir masuk Punik,” ujar General Manager PLN UIW NTB, Rudi Purnomoloka, dalam siaran pers, Kamis (8/8).
Setelah tiang tertanam, pembangunan akan dilanjutkan dengan pemasangan kabel jaringan tegangan menengah (JTM) dan jaringan tegangan rendah (JTR).
Untuk melistriki Dusun Punik ini PLN akan membangun JTM sepanjang 8,2 kilometer sirkuit (kms), JTR sepanjang 1 kms, dan 1 buah gardu berkapasitas 160 kilovolt Ampere (kVA).
Rudi menambahkan bahwa untuk membangun jaringan ke daerah-daerah terpencil tidak semudah membangun jaringan listrik di perkotaan. Medan berbukit yang curam dengan jalan yang kecil membuat proses pengangkutan sangat sulit.
Baca Juga: PLN dukung terangnya pulau-pulau destinasi wisata
“Medannya ke Dusun Punik itu sangat sulit, ada tanjakan yang sangat curam, kemiringan mencapai 40 derajat dan melewati hutan. Kalau angkut tiang pakai truk itu haru sangat berhati-hati,” tutur Rudi.
Pembangunan jaringan listrik ke Dusun Punik diharapkan dapat selesai pada akhir tahun 2019. “Kalau diperkotaan bangun jaringan bisa cepat, tapi kalau di desa tentu waktunya lebih panjang. Mudah-mudahan tidak ada hambatan sehingga akhir tahun bisa selesai dan hadirnya listrik bisa menjadi kado indah untuk warga Dusun Punik,” kata Rudi.
Sekretaris Desa Batudulang, Rasidi berharap jaringan listrik dapat segera terbangun dan mengalirkan listrik ke Dusun Punik. “Masyarakat tentunya sangat berharap listrik bisa segera masuk ke Punik. Kalau ada kesulitan PLN pasti kami bantu,” tutur Rasidi.
Untuk melistriki Dusun Punik, saat ini warga masih menggunakan genset hasil swadaya masyarakat. Untuk membeli genset setiap warga membayar iuran sebesar 400 ribu rupiah. Kemudian setiap bulannya warga juga membayar iuran sebesar 100 ribu rupiah untuk memberli bahan bakar genset tersebut. “Itu hanya untuk penerangan, maksimal tambah dengan televisi. Listriknya pun hanya menyala dari jam 6 sore sampai 6 pagi,” terang Rasidi.
Kehadiran listrik di Dusun Punik nantinya diharapkan dapat melahirkan usaha-usaha baru yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. “Selama ini kopi dan kemiri tidak di olah, ya mudah-mudahan dengan adanya listrik warga bisa membuka usaha pengolahan, sehingga harga jualnya bisa naik,” tutup Rasidi.
Terangi Perbatasan
Tidak hanya di pelosok Sumbawa, NTB, PLN juga menerangi perbatasan Indonesia - Malaysia, tepatnya di Desa. Disebut Unit Layanan Desa (ULD) Krayan, yang merupakan unit pelayanan di perbatasan Indonesia-Malaysia.
Bukan sebuah hal yang mudah untuk mencapai Krayan. Berjarak 280 KM dari Unit Layanan Pelanggan (ULP) Induknya, ULP Nunukan, Krayan dapat ditempuh dengan penerbangan perintis dari Bandara Tanjung Selor, Bandara Malinau dan Bandara Tarakan.
Baca Juga: PLN: 100% desa di Sumbar sudah berlistrik
Jalur udara merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk menuju Krayan. Sebab, perjalanan darat hanya bisa di tembus melalui Malinau dengan medan sangat berat dan perjalanan selama 7x24 jam.
Medan perjalanan yang cukup berat dan segala macam rintangan telah dilewati Tim PLN sampai pada akhirnya PLN berhasil melistriki 2 desa di Krayan Selatan, yaitu desa Long Layu dan Pa’Upan.
Perjalanan dari Krayan Induk menuju Krayan Selatan demi misi melistriki dua desa tersebut dilanjutkan dengan perjalanan darat menembus pegunungan dengan medan yang berat (belum beraspal) selama 3 (tiga) jam.
Karena cukup terjal dan berkelok, hanya kendaraan double gardan yang bisa menembusnya. Dari desa Long Layu menuju desa Pa’Upan memerlukan waktu 2 (dua) jam dengan jarak hanya 9 KM dari desa Long Layu. Tim PLN membangun baru tiang listrik yang terbuat dari kayu, menarik jaringan Tegangan Rendah (TR) serta memasang kWh meter sebanyak 389 kWh meter.
Berjalan dengan sistem isolated, sistem kelistrikan di Desa Long Layu dan Pa’Upan Krayan Selatan memiliki daya mampu 50 KW. Pelanggan di desa Long Layu dan Pa’Upan adalah 100% listrik prabayar dengan jumlah 389 pelanggan.
Baca Juga: Jonan: Elektrifikasi tahun depan bisa capai 99,9%
Melistriki pada salah satu daerah terluar Indonesia memang merupakan tantangan yang tak mudah, namun semangat Tim PLN untuk menerangi perbatasan khususnya Kecamatan Krayan tak pernah padam. Kini PLN berhasil mengalirkan listrik kepada 332 pelanggan, Krayan 100% berlistrik.
Senyum bahagia warga Krayan Selatan karena rumah mereka telah terlistriki menghapus semua rasa lelah Tim PLN yang terus berjuang untuk melistriki Nusantara.
Perjuangan dan semangat Tim PLN untuk melistriki hingga ke pelosok negeri tidak berhenti disitu, salah satunya saat ini di Kalimantan Utara, pembangunan jaringan listrik tengah dilakukan di Desa Long Midang, Kecamatan Krayan, Kabupaten Nunukan.
Long Midang sendiri dapat ditempuh 7 km dari Krayan Induk dengan waktu tempuh 50 menit. Karena berbatasan langsung dengan Malaysia, di desa ini terdapat Pos Lintas Batas Negara (PLBN).
Tidak peduli seberapa sulit medan dan seberapa kuat rintangan menghadang, Tim PLN akan selalu memberikan pelayanan yang terbaik untuk Indonesia Terang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News