Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
Hanya saja, Suresh mengaku bahwa pihaknya belum dapat memprediksi apa yang akan terjadi di periode selanjutnya. Ia bilang, AKRA masih akan mengkaji perkembangan kondisi aktual, khususnya untuk menghitung kembali dampaknya terhadap permintaan.
"Tetap kita waspadai, saya nggak bisa prediksi apa yang terjadi di Semester II. Mudah-mudahan bisa selesai dan ekonomi bisa tumbuh lagi," ujarnya.
Baca Juga: Pindahkan fabrikasi ke dalam negeri, Pertamina EP Cepu jamin proyek JTB
Suresh menjelaskan bahwa penurunan harga minyak memang akan berdampak terhadap pendapatan yang bakal dibukukan AKRA. Namun, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap laba, mengingat distribusi yang dilakukan AKR menggunakan skema pass through.
Dengan model bisnis tersebut, harga BBM industri tetap akan di salurkan ke konsumen dengan formula yang mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS) ditambah konstanta dan margin. Sehingga, harga BBM yang disalurkan ke industri tetap akan mengikuti pergerakan harga minyak dunia namun tetap dengan margin yang terjaga.
Selain itu, kata Suresh, AKRA juga menggunakan lindung nilai terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat. "Pendapatan bisa naik turun, volume kan tetap naik. Margin masih stabil. AKRA juga selalu hedging exposure dengan forward cover atau options," terang Suresh.
Baca Juga: Harga gas industri turun, ini dampaknya ke industri migas hulu sampai hilir
Lebih lanjut, Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo juga mengatakan bahwa pihaknya akan memonitor dampak dari Corona dan juga tren penurunan harga minyak yang signifikan. Ia bilang, AKRA akan memonitor perlambatan permintaan, fluktuasi harga dan juga gangguan terhadap supply chain.
Haryanto mengklaim, dengan model bisnis pass through, mekanisme harga BBM dan kimia bisa tetap efektif dan tidak membawa risiko kerugian persediaan. "Kami memiliki sumber pendapatan yang beragam dan neraca yang kuat untuk meminimalkan risiko penurunan," terangnya.