kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,26   -24,47   -2.64%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meski harga minyak tak stabil, AKR Corporindo (AKRA) yakin laba bisa naik 15%-20%


Kamis, 19 Maret 2020 / 19:31 WIB
Meski harga minyak tak stabil, AKR Corporindo (AKRA) yakin laba bisa naik 15%-20%
ILUSTRASI. AKR Corporindo. Meski harga minyak tak stabil, AKR Corporindo (AKRA) tetap yakin laba bisa naik 15%-20% di tahun 2020 ini.


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) tetap optimistis bisa menumbuhkan laba bersih ke level dua angka di tahun 2020. Kendati kondisi perekonomian sedang tertekan oleh efek gulir pandemi corona, AKRA tetap optimistis bisa mengejar pertumbuhan laba bersih di angka 15%-20% dibanding realisasi tahun lalu.

Artinya, laba bersih yang dibidik AKRA di tahun 2020 ini bisa tembus lebih dari Rp 800 miliar. Mengutip laporan keuangan AKRA tahun 2019, distributor Bahan Bakar Minyak (BBM), bahan kimia dasar dan penyedia layanan logistik & supply chain ini membukukan laba neto tahun berjalan di angka Rp 703,07 miliar.

Baca Juga: Produsen biofuel masih menghitung efek anjloknya harga minyak ke program B30

"Kita targetkan di tahun ini bisa naik 15%-20% di atas capaian 2019," kata Direktur AKRA Suresh Vembu saat dihubungi Kontan.co.id, Kamis (19/3).

Suresh mengungkapkan, pertumbuhan laba bersih tersebut akan ditopang oleh lini penjualan dan distribusi BBM yang ditarget naik 10%-15% dari realisasi tahun lalu yang sebesar 2,1 juta kiloliter (KL). Apalagi, pada tahun ini AKRA juga mendapatkan alokasi BBM bersubsidi sebanyak 234.000 KL yang sudah disalurkan sejak bulan Januari.

"Bisa tercapai hingga 15%. Volume tetap jalan karena BBM dan bahan kimia pasti butuh, itu menyangkut kebutuhan sehari-hari," ujarnya.

Kendati begitu, saat ini kondisi ekonomi sedang tertekan efek gulir corona yang juga telah menekan harga minyak mentah dunia hingga turun ke level US$ 20 - US$ 30 per barel. Di saat yang sama, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat juga bergerak ke angka Rp 16.000.

Baca Juga: Stimulus bank sentral dunia jadi pengungkit harga minyak

Meski dihadapkan dengan kondisi tersebut, Suresh menyatakan bahwa AKRA belum berencana untuk mengubah target pertumbuhan laba bersih dan penjualan BBM. Ia mengklaim, hingga saat ini kinerja AKRA belum terganjal oleh pandemi global tersebut.

Sehingga, kinerja pada periode Kuartal I diproyeksikan masih dapat bertahan. "Saya lihat di Kuartal I-2020 ini juga volume masih oke. Margin tetap kita jaga, kita nggak lost. Di tiga bulan ini industri dan pertambangan tetap jalan" ungkap Suresh.

Hanya saja, Suresh mengaku bahwa pihaknya belum dapat memprediksi apa yang akan terjadi di periode selanjutnya. Ia bilang, AKRA masih akan mengkaji perkembangan kondisi aktual, khususnya untuk menghitung kembali dampaknya terhadap permintaan.

"Tetap kita waspadai, saya nggak bisa prediksi apa yang terjadi di Semester II. Mudah-mudahan bisa selesai dan ekonomi bisa tumbuh lagi," ujarnya.

Baca Juga: Pindahkan fabrikasi ke dalam negeri, Pertamina EP Cepu jamin proyek JTB

Suresh menjelaskan bahwa penurunan harga minyak memang akan berdampak terhadap pendapatan yang bakal dibukukan AKRA. Namun, hal tersebut tidak akan berdampak signifikan terhadap laba, mengingat distribusi yang dilakukan AKR menggunakan skema pass through.

Dengan model bisnis tersebut, harga BBM industri tetap akan di salurkan ke konsumen dengan formula yang mengacu pada Mean of Platts Singapore (MOPS) ditambah konstanta dan margin. Sehingga, harga BBM yang disalurkan ke industri tetap akan mengikuti pergerakan harga minyak dunia namun tetap dengan margin yang terjaga.

Selain itu, kata Suresh, AKRA juga menggunakan lindung nilai terhadap nilai tukar dolar Amerika Serikat. "Pendapatan bisa naik turun, volume kan tetap naik. Margin masih stabil. AKRA juga selalu hedging exposure dengan forward cover atau options," terang Suresh.

Baca Juga: Harga gas industri turun, ini dampaknya ke industri migas hulu sampai hilir

Lebih lanjut, Presiden Direktur AKRA Haryanto Adikoesoemo juga mengatakan bahwa pihaknya akan memonitor dampak dari Corona dan juga tren penurunan harga minyak yang signifikan. Ia bilang, AKRA akan memonitor perlambatan permintaan, fluktuasi harga dan juga gangguan terhadap supply chain.

Haryanto mengklaim, dengan model bisnis pass through, mekanisme harga BBM dan kimia bisa tetap efektif dan tidak membawa risiko kerugian persediaan. "Kami memiliki sumber pendapatan yang beragam dan neraca yang kuat untuk meminimalkan risiko penurunan," terangnya.

Haryanto menyebut, AKRA mencatatkan kinerja positif pada kuartal akhir tahun lalu, yang disokong oleh segmen perdagangan dan distribusi, penjualan tanah, serta pendapatan sewa dari Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE). Menurutnya, capaian di akhir tahun lalu ikut menyokong kinerja AKRA di Kuartal I tahun ini.

"Ini memberi kami keyakinan bahwa kami akan dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan yang sehat pada tahun 2020 dan mempertahankan profitabilitas serta margin," ungkapnya.

Baca Juga: Beroperasi sejak tahun 1982, PLTP Kamojang hasilkan produksi listrik hingga 2,4 GWh

Adapun, pada tahun lalu AKRA mengantongi pendapatan sebesar Rp 21,70 triliun atau turun 7,81% dari pendapatan pada 2018yang sebesar Rp 23,54 triliun.

Sepanjang tahun lalu, pendapatan dari bisnis BBM lebih rendah sebesar 8% menjadi Rp 15,74 triliun lantaran average selling price (ASP) yang lebih kecil. Volume BBM industri terus meningkat secara tahunan sementara penjualan BBM bersubsidi lebih rendah.

Begitu juga untuk penjualan bahan kimia yang mengalami penurunan sebesar 16% menjadi Rp 4,46 triliun pada 2019 karena ASP lebih rendah, meski secara volume naik sebesar 3%.

Sedangkan, pendapatan dari lini bisnis logistik tumbuh 34% secara tahunan menjadi Rp 796 miliar dengan pendapatan yang lebih tinggi dari pengoperasian pelabuhan dan pendapatan dari tangki penyimpanan.

Baca Juga: Hingga tengah hari, harga emas spot terus menurun menjadi US$ 1.469,98 per ons troi

Dengan kondisi tersebut, AKRA mencatatkan aba neto inti dari operasi yang dilanjutkan sebesar Rp 714 miliar atau tumbuh tipis 0,28% dari laba 2018 Rp 712 miliar. Namun, laba neto tahun berjalan AKRA anjlok 55,9% menjadi Rp 703,07 miliar dibanding tahun sebelumnya yang berada di angka Rp 1,59 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×