kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski masih menantang, pemerintah optimistis PLTS atap semakin berkembang


Kamis, 20 Februari 2020 / 18:37 WIB
Meski masih menantang, pemerintah optimistis PLTS atap semakin berkembang
ILUSTRASI. Seorang operator Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Oelpuah, berjalan di samping sejumlah panel PLTS di desa Oelpuah, Kabupaten Kupang, Selasa (3/12). PLTS Oelpuah adalah satu-satunya PLTS terbesar di Indonesia berkekuatan 5 mega watt peak (MWp) terse


Reporter: Dimas Andi | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Potensi pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di Indonesia cukup besar. Di tengah tantangan yang ada, pemerintah berupaya mengakomodasi percepatan pembangunan PLTS Atap secara nasional.

Dalam berita sebelumnya, Kementerian Energi Sumber Daya dan Mineral (ESDM) telah menyiapkan anggaran sekitar Rp 175 miliar untuk membangun PLTS Atap di 800 titik di seluruh Indonesia pada tahun ini.

Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Kementerian ESDM Harris mengatakan, program pemerintah tersebut diharapkan dapat menambah kapasitas PLTS Atap sebesar 6 megawatt (MW) di tahun ini.

Baca Juga: Kementerian ESDM yakin pengembangan EBT bakal buka lapangan pekerjaan baru

Lebih jauh, investasi yang dilakukan oleh pemerintah sebenarnya juga dibuat sebagai percontohan agar masyarakat berpartisipasi memasang PLTS Atap. Dengan begitu masyarakat akan memperoleh manfaat berupa penurunan tagihan listrik sekaligus berperan aktif dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

“Kami juga akan mendorong Pemda melakukan program pengembangan PLTS Atap di wilayahnya masing-masing, sehingga dapat mempercepat implementasi EBT secara nasional,” ungkapnya, Kamis (20/2).

Ia menambahkan, pemerintah juga mendorong pemanfaatan PLTS Atap tak hanya untuk di grid besar seperti sistem listrik Jawa-Madura-Bali, melainkan juga di pulau-pulau kecil berpenghuni. Jika diimplementasikan dengan baik, hal ini akan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi masyarakat setempat.

Namun, tidak bisa dimungkiri bahwa pengembangan PLTS Atap di Indonesia bukan tanpa tantangan. Dari sisi produksi, saat ini sebagian besar komponen pembuatan PLTS Atap, bahkan PLTS secara umum, masih diimpor. “TKDN PLTS baru bisa mencapai 40%,” kata Harris.

Dia berpendapat, hal ini lebih disebabkan karena skala keekonomian PLTS di dalam negeri belum tercapai dengan maksimal.

Kendati demikian, seiring makin gencarnya upaya pemerintah mendorong pemanfaatan PLTS Atap, ditambah makin murahnya harga PLTS Atap secara global, bukan tidak mungkin industri PLTS Atap di dalam negeri akan berkembang pesat di Indonesia.

“Dari sisi kualitas, manufaktur lokal sebenarnya sudah mampu memproduksi PLTS sesuai dengan standar internasional,” terang dia.

Baca Juga: Pemerintah targetkan investasi EBT periode 2020-2024 capai US$ 20 miliar

Harris melanjutkan, rencana Peraturan Presiden (Perpres) Feed in Tariff EBT yang akan diterbitkan sebenarnya tidak mengatur langsung terkait PLTS Atap. Perpres tersebut hanya mengatur harga jual-beli listrik EBT dari pengembang swasta kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero).

Namun begitu, kelak Perpres tersebut tetap mengamanatkan adanya insentif lain guna mendukung pelaksanaan implementasi EBT. Nantinya, pembuatan insentif tersebut akan melibatkan beberapa institusi seperti Kementerian ESDM, Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN, BKPM, dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×