kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meski sudah kuasai 51%, pendapatan negara dari Freeport tahun ini turun


Jumat, 04 Januari 2019 / 23:16 WIB
Meski sudah kuasai 51%, pendapatan negara dari Freeport tahun ini turun
Dirjen Minerba Bambang Gatot Ariyono


Reporter: Azis Husaini, Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Azis Husaini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa pendapatan negara dari Freeport Indonesia tahun ini akan turun. Hal ini karena ada masa transisi penutupan tambang terbuka Grasberg lantaran kandungan emasnya sudah habis, beralih ke underground mine.

Seperti diketahui PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) sudah menguasai 51% saham Freeport. Artinya Inalum akan mendapatkan bagian sekitar 51% dari keuantungan Freeport menambang emas, tembaga, dan perak itu. Namun demikian Inalum harus menerima bagiannya tak utuh lantaran Freeport harus investasi tambang bawah tanah tahun ini sampai 2021.

Dirjen Minerba Kementerian ESDM Bambang Gatot Ariyono mengatakan bahwa pendapatan dari Freeport Indonesia tahun ini memang turun karena perusahaan sampai tahun 2021 akan melakukan investasi underground mine. "Turun mereka mau menambang bawah tanah," kata dia dalam konfrensi pers, Jumat (4/1).

Orias Petrus Moedak Direktur Keuangan Inalum menjelaskan bahwa mulai tahun 2019 hingga tahun 2021, tambang terbuka (open pit) Grasberg milik PTFI akan habis dan transisi ke tambang bawah tanah (underground mine).

Alhasil, pendapatan dan laba Freeport pun akan turun. Apalagi, investasi untuk mengembangkan underground mine ini bisa menyedot dana sekiatr US$ 1 miliar per tahun.

Orias mengatakan, dalam setahun, saat ini PTFI mengunci pendapatan sekitar US$ 6 miliar. Dari jumlah itu, PTFI meraup laba di angka US$ 2 miliar per tahun. Sedangkan pada masa transisi dari open pit ke underground mine itu, lebih dari separuh pendapatan PTFI akan mengalami penurunan.

“Kami kan asumsinya konservatif. Hitungan kami karena mau masuk ke undergorund mine. Pasti akan turun, sekitar 60%-an dari yang ada sekarang. Itu saja, simple alasannya,” jelas Orias ke Kontan.co.id.

Dalam data yang dipaparkan Inalum, proyeksi pendapatan PTFI pada tahun 2019 hanya US$ 3,14 miliar, sedangkan pendapatan sebelum bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi atau earnings before interest, tax, depreciation and amortization (EBITDA) di tahun yang sama adalah US$ 1,25 miliar. Jumlah itu menurun lebih dari separuh pendapatan PTFI pada tahun ini adalah US$ 6,52 miliar dan EBITDA sebesar US$ 4 miliar.

Pendapatan PTFI baru bisa mencapai US$ 6 miliar pada tahun 2022. Sebelum itu, pada tahun 2020, pendapatan PTFI diproyeksikan hanya sampai di angka US$ 3,83 miliar dan EBITDA US$ 1,79 miliar. Sementara pada tahun 2021, pendapatan diprediksi sebesar US$ 5,12 milair dan EBITDA US$ 2,64 miliar.

Pada tahun 2022, pendapatan sudah kembali menyentuh angka US$ 6,16 miliar dan EBITDA US$ 3,62 miliar. Setelah itu, dalam beberapa tahun ke depan, pendapatan PTFI diprediksi akan stabil, bahkan bisa menembus di atas US$ 7 miliar. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×