Reporter: Leni Wandira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Percepatan transisi energi menjadi agenda mendesak untuk memastikan Indonesia mencapai target Net Zero Emissions sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
Sejumlah proyek strategis di sektor energi baru terbarukan (EBT) dinilai perlu segera dipacu, mulai dari pembangkit listrik berbasis solar PV, baterai, panas bumi (geothermal), biogas, biomassa, PLTA, hidrogen, hingga energi angin.
Selain sektor ketenagalistrikan, potensi EBT juga mencakup energi terbarukan di luar listrik seperti bioetanol, biodiesel, green ammonia, green hydrogen, serta penguatan pasar perdagangan karbon (carbon trading).
Utusan Khusus Presiden Bidang Energi dan Perubahan Iklim, Hashim Djojohadikusumo menegaskan pentingnya membangun ekosistem energi bersih yang solid agar dapat diakses secara luas oleh masyarakat.
Baca Juga: Energi Baru Terbarukan Terus Tumbuh, Bisnis Pertamina NRE Makin Menjanjikan
"Kerja sama multi-pihak menjadi kunci untuk meningkatkan kapasitas listrik nasional dan mempercepat transisi menuju energi hijau,” kata Hashim dalam keterangannya, Kamis (14/8/2025).
Masyarakat Energi Terbarukan Indonesia (METI) menjadi salah satu pemangku kepentingan yang memiliki peran strategis dalam percepatan transisi energi.
Organisasi ini berkomitmen untuk memperluas pemanfaatan EBT, meningkatkan keamanan energi, memperluas akses energi, sekaligus menekan emisi gas rumah kaca demi masa depan yang lebih hijau.
Menyongsong periode kepengurusan 2025–2028, METI akan memilih jajaran pengurus baru yang diharapkan membawa visi pembaruan dan strategi inovatif. Salah satu kandidat Ketua Umum adalah Norman Ginting, Direktur Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE).
Baca Juga: Energi Panas Bumi Dinilai Lebih Aman dan Tak Merusak, Mampu Dorong Kedaulatan Energi
“METI bukan hanya wadah kolaborasi, tapi harus menjadi kekuatan penggerak yang konkret dan berdampak langsung bagi pertumbuhan ekonomi nasional, serta mendukung program Asta Cita pemerintah dalam mendorong kemandirian bangsa melalui green economy,” ujar Norman dalam keterangan resmi.
Norman memaparkan visinya untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat pengembangan EBT di Asia Tenggara. Strategi yang ditawarkan mencakup penguatan kolaborasi lintas sektor, dorongan inovasi teknologi, serta advokasi kebijakan yang mendorong pertumbuhan berkelanjutan.
“METI harus menjadi mitra aktif pemerintah dalam menciptakan kerangka regulasi yang mendukung investasi dan percepatan implementasi ekonomi hijau,” tutup Norman.
Selanjutnya: BMKG Sebut Curah Hujan Bakal Meningkat pada Bulan Oktober
Menarik Dibaca: Cara Menonaktifkan Fitur Maps di Instagram, Lindungi Privasi Akun Sekarang Juga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News