Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Djumyati P.
JAKARTA. Hampir setahun berlalu sejak Metro Group, pemilik perkulakan Metro Cash & Carry yang berasal dari Jerman mengumumkan rencana kedatangannya ke Indonesia, namun gerai tidak kunjung dibuka. Ujung-ujungnya, Metro Group memutuskan untuk membatalkan rencana ekspansinya ke Indonesia.
Hal tersebut disampaikan Metro Group dalam paparan kinerja kuartal satu tahun 2012 di Jerman, Kamis (3/5). Perusahaan rupanya lebih memilih untuk memfokuskan investasi pada pasar yang telah mereka miliki.
"Kami melihat desakan yang lebih tinggi di area ini daripada langkah penetrasi ke pasar baru," ujar CEO Metro Cash & Carry dan anggota Dewan Manajemen Metro AG Frans Muller dalam rilis yang diterima KONTAN, Kamis. Setelah mencapai kemajuan yang signifikan, barulah perusahaan akan kembali mempertimbangkan untuk memasuki pasar baru.
"Kami tetap meyakini bahwa Indonesia memiliki potensi yang besar sebagai salah satu pasar dengan perkembangan paling pesat di masa depan. Namun setelah mencermati tantangan perekonomian secara keseluruhan, kami harus memprioritaskan investasi kami," ujar Muller lagi
Demi mengamankan arus kas tahun ini, Metro Group juga memangkas anggaran investasi sebanyak 200 juta Euro, dari 2 miliar Euro menjadi 1,8 miliar Euro. Namun jumlah gerai baru yang direncanakan dibuka tidak direvisi, yaitu sebanyak 100 gerai.
Muller menambahkan, "Mitra joint venture kami, Sintesa Group menghormati keputusan kami dan sepakat untuk tidak meneruskan kegiatan kami di Indonesia." Di Indonesia, Metro Group memang telah menggandeng Sintesa Group untuk ekspansinya.
Laporan keuangan Metro Group kuartal satu tahun 2012 tidak terlalu menggembirakan. Penjualan hanya tumbuh tipis 2,2% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya, menjadi 15,6 juta Euro. Hal tersebut tidak lepas dari pengaruh perlambatan ekonomi global yang berlanjut sejak paruh pertama tahun 2011.
Di negara asalnya, Jerman, penjualan Metro Group pun hanya naik tipis 1,6% menjadi 6 miliar Euro. Sedangkan penjualan internasional meningkat 2,6% menjadi 9,6 miliar Euro.
Sementara itu, VP Corporate Development Sintesa Group Yono Reksoprodjo mengungkapkan kekecewaannya terhadap keputusan Metro Group. Apalagi, menurutnya, keputusan disampaikan sangat mendadak.
Namun, Yono mengaku pasrah. "Pada dasarnya kami menyayangkan. Tapi kami dalam posisi bisa menerima," ujarnya kepada KONTAN, Kamis. Yono juga menyebut Metro Group tengah mengalami gangguan keuangan.
Padahal, Sintesa Group bersama-sama dengan Metro Group telah membentuk anak usaha yang diberi nama PT Paserda Indonesia, untuk mengoperasikan gerai Metro Cash & Carry. Perusahaan pun telah mendapat lokasi dan merekrut karyawan. "Sampai kemarin masih ada karyawan yang baru tanda tangan kontrak," ungkap Yono.
"Tapi kami tidak akan tinggal diam walaupun seolah ada opportunity lost," tegas Yono. Sebab menurutnya, mendatangkan Metro Cash & Carry hanya salah satu dari rangkaian rencana Sintesa Group di keempat lini bisnisnya yang meliputi properti, industri, energi, dan konsumen.
Yono bilang, lokasi yang sudah didapat Sintesa Group kemungkinan besar akan dialihkan peruntukannya menjadi bangunan mixed-use. Sayang, Yono masih merahasiakan jumlah, lokasi, dan luas lahannya.
Sekadar catatan, Metro Group pertama kali mengabarkan rencananya merambah pasar Indonesia tanggal 10 Juni 2011. Perusahaan berambisi memiliki 20 gerai di Indonesia dalam jangka menengah, di mana gerai pertama akan dibuka di Jakarta tahun 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News