kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.543.000   4.000   0,26%
  • USD/IDR 15.838   -98,00   -0,62%
  • IDX 7.384   -108,28   -1,45%
  • KOMPAS100 1.139   -20,31   -1,75%
  • LQ45 902   -17,89   -1,94%
  • ISSI 224   -1,99   -0,88%
  • IDX30 464   -10,38   -2,19%
  • IDXHIDIV20 561   -11,39   -1,99%
  • IDX80 130   -2,32   -1,75%
  • IDXV30 139   -1,79   -1,27%
  • IDXQ30 155   -2,80   -1,77%

Minimarket makin merambah ke desa


Rabu, 02 Maret 2011 / 09:30 WIB
Minimarket makin merambah ke desa
ILUSTRASI. Seseorang sedang merokok


Reporter: Noverius Laoli, Yudo Widiyanto | Editor: Edy Can

JAKARTA. Gencarnya ekspansi toko ritel modern di daerah, terutama kelas minimarket, berdampak pada perubahan gaya belanja konsumen di pedesaan. Hal itu tampak pada peningkatan kunjungan ke minimarket.

Tak percaya? Tengok saja hasil survei The Nielsen Company. Survei Nielsen menyebutkan, masyarakat desa mulai mengalihkan kebiasaan belanja dari pasar tradisional ke minimarket. "Ternyata minimarket mulai diminati masyarakat desa," kata Soon Lee Lim, Director Consumer Panel Services The Nielsen Company, Selasa (1/3).

Menurut Soon, survei Nielsen tersebut menggunakan panel data 4.550 rumah tangga yang mencakup 25 juta jiwa di lima kota besar dan desa-desa di Pulau Jawa. Nielsen mencatat, belanja rumah tangga masyarakat pedesaan di minimarket selama 2010 naik 36% dari segi kunjungan. Total nilai belanja juga meningkat 87% dibanding 2007. Tahun 2007, satu rumah tangga rata-rata masih membelanjakan uang sebesar Rp 252.657 setahun, sedangkan di 2010 naik menjadi Rp 472.892 setahun.

Namun, sekalipun tingkat pembelanjaan dan kunjungan masyarakat pedesaan di minimarket meningkat, mayoritas masyarakat desa masih berbelanja di pasar tradisional. Pasar tradisional memainkan peran utama dalam perdagangan barang-barang konsumsi yang perputarannya cepat (fast moving consumer goods atau FMCG).

Nielsen mencatat, 81% rumah tangga pedesaan masih bertransaksi melalui pasar atau toko. "Mereka membeli di warung dan toko di dekat tempat tinggal, dan yang dibeli umumnya kebutuhan saat itu," ujar Soon.

Kondisi itu berbeda dengan masyarakat di perkotaan yang transaksi belanja rumah tangga dilakukan melalui berbagai cara. Hasil survei menunjukkan, rumah tangga di perkotaan yang masih berbelanja di pasar tradisional sebanyak 52%. Sementara sisanya atau 48% memilih berbelanja di pasar modern, seperti minimarket, hipermarket, dan supermarket.

Sekalipun harga FMCG setiap tahun naik, pembelanjaan masyarakat desa di minimarket tetap naik. Ambil contoh dari tahun 2009 ke 2010 terjadi kenaikan harga FMCG sebesar 7,9%. Meski ada kenaikan, pada periode itu pembelanjaan masyarakat desa juga naik sebesar 18,9%.

Makin agresif

Belakangan ini minimarket memang agresif berekspansi. Jaringan outlet minimarket makin menggurita tak hanya di pelosok ibu kota, tapi juga ke pelosok-pelosok desa.

Pada kelompok minimarket ini dua pemain besar yang gencar berekspansi, yaitu Indomaret dan Alfamart. PT Indomarco Prismatama, pemilik dan pemegang hak atas merek Indomaret, misalnya, pada tahun 2010 memiliki gerai sebanyak 4.955. Mereka menargetkan, jumlah gerainya pada tahun ini berkembang menjadi lebih dari 5.500.

PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, pengelola Alfamart, juga agresif membangun jaringan ritel. Pada tahun 2010 Alfamart memiliki 4.800 gerai, dan targetnya akan lebih mengimbangi Indomaret. "Kami mengincar semua kalangan," kata Direktur Sumber Alfaria Trijaya, Pujianto, belum lama ini.

Menurut Pujianto, pertumbuhan minimarket modern akan merangsang seluruh pelaku usaha, termasuk pasar tradisional untuk berbenah dan meningkatkan layanan. Puji bilang, penambahan gerai tersebut terkait potensi pertumbuhan ekonomi. "Tapi kami tidak setuju jika dianggap menggerus pasar tradisional, justru memicu bisnis," kata Pujianto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×