kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mirae Asset: PPKM mikro memegang peranan kunci sektor ritel


Rabu, 23 Juni 2021 / 23:16 WIB
Mirae Asset: PPKM mikro memegang peranan kunci sektor ritel
ILUSTRASI. Suasana salah satu restoran di Mal dengan penerapan protol kesehatan di Tangerang,


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sektor ritel terus dihadapkan pada tantangan. Salah satunya penerapan PPKM Mikro yang kembali diterapkan pemerintah seiring kenaikan kasus Covid-19.

Analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Christine Natasya menilai dampak Covid-19 terhadap industri ritel Indonesia masih dirasakan secara luas. Meskipun lalu lintas ke peritel mungkin telah pulih cukup signifikan dari level terendah selama wabah pertama Covid-19 di Indonesia.

Karena bukan yang pertama kalinya, ia meyakini peritel dan produsen telah mampu menyesuaikan diri dalam menyikapi PPKM berkepanjangan yang terus berdampak negatif terhadap kinerja.

Baca Juga: Lonjakan corona, pemerintah diminta terus edukasi disiplin protokol kesehatan

Dia melihat perusahaan ritel yang selama ini melakukan pengawasan ketat terhadap biaya, terutama tenanga kerja, perjalanan bisnis, dan biaya sewa akan terus melakukannya selama PPKM terbaru.

"Pendekatan manajemen yang fleksibel sangat penting untuk mengendalikan biaya tenaga kerja, perjalanan bisnis, dan biaya sewa, serta area yang tidak menghasilkan pendapatan," tulisnya dalam riset yang diterima Kontan.co.id, Rabu (23/6).

Sebabnya, pihaknya juga meyakini bahwa ketidakpastian dari dampak negatif pandemi Covid-19 akan tetap ada di sekitar pelaku ritel jika PPKM terus diterapkan dan vaksin Covid-19 masih berjalan.

Di sisi lain, peluang peritel offline untuk masuk pasar ritel online ada. Terlebih laporan e-Conomy SEA 2019 oleh Google, Temasek, dan Bain & Company bahkan memprediksi bahwa ekonomi internet Indonesia telah berada di jalur yang baik untuk menembus angka US$130 miliar pada tahun 2025.

Sementara itu, Euromonitor memperkirakan nilai e-commerce Indonesia mencapai Rp 1.282 triliun pada tahun 2025, dengan CAGR 2020-2025 sebesar 22%.

Hanya saja ia menilai tidak akan berdampak besar pada pendapatan perusahaan ritel offline dalam waktu singkat.

"Meskipun ada peluang bagi peritel offline untuk memasuki pasar e-commerce, kami yakin daftar beberapa pemain e-commerce yang akan datang ke pasar saham Indonesia dapat terus menurunkan penilaian sektor ini," sebutnya.

Baca Juga: Ini rekomendasi Mirae Asset untuk saham-saham ritel pasca PPKM mikro diperketat

Secara keseluruhan, terlepas dari ekspektasi terhadap pemulihan bertahap di sektor ritel, Mirae Asset ingin mempertahankan pandangan netral terhadap sektor ini. Hal ini disebabkan daya beli masyarakat berpenghasilan menengah ke bawah masih belum pasti dan memiliki risiko terhadap sektor ritel.

"Kami belum melihat paket stimulus substansial pemerintah untuk secara signifikan meningkatkan pengeluaran penduduk berpenghasilan rendah untuk barang-barang pilihan untuk sisa tahun ini, meskipun kami mengantisipasi pemulihan lalu lintas secara bertahap ke ritel di semester II karena peluncuran vaksin telah berkembang," lanjutnya.

Hanya saja, beberapa emiten yang masuk dalam cakupan Mirae Asset diproyeksikan akan mulai membukukan pertumbuhan pendapatan yang lebih tinggi di kuartal II-2021.

Hal itu didukung oleh efek basis rendah dan pemulihan lalu lintas toko walaupun belum kembali seperti sebelum pandemi akibat jam operasional mal tetap dibatasi oleh pemerintah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×