Reporter: Fitri Nur Arifenie, Petrus Dabu | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Inilah bukti penggunaan kandungan lokal mampu membuat proyek lebih efisien. Adalah proyek minyak Banyu Urip bisa menjadi contoh. Lantaran banyak menggunakan kandungan lokal untuk proyek infrastruktur, nilai lima Engineering, Procurement and Construction (EPC) proyek pengembangan lapangan Banyu Urip mengalami penyusutan biaya.
Menilik rencana Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), total nilai kontrak proyek pengembangan lapangan Banyu Urip sebesar US$ 2,188 miliar. Kini, nilai kontrak proyek tersebut menyusut tinggal US$ 1,329 miliar. Walhasil, pemerintah tak terlalu banyak mengeluarkan cost recovery untuk blok kaya minyak di wilayah Kabupaten Bojonegoro di Jawa Timur dan wilayah Kabupaten Blora di Jawa Tengah itu.
Menurut Rudi Rubiandini, Direktur Pengendali Operasi BP Migas, menyusutnya nilai proyek pengembangan lapangan Banyu Urip karena banyaknya kandungan lokal untuk berbagai proyek infrastruktur pendukung. "Pemenang-pemenang proyek EPC kebanyakan lokal sehingga penggunaan dalam negeri makin meningkat dan harga turun," ujar Rudi kepada KONTAN, kemarin.
Proyek pengembangan lapangan Banyu Urip terdiri dari lima EPC, yakni Central Processing Facilities (EPC 1), Onshore Export Pipeline (EPC 2), Offshore Pipeline dan Mooring Tower (EPC 3), Floating Storage & Offloading (EPC 4) dan Infrastructure Facilities (EPC 5).
Desak ExxonMobil genjot produksi
Dus, paska pengesahan lima EPC pada Desember tahun lalu, BP Migas kini mendesak kontraktor Blok Cepu, MobilCepu Limited (MCL), untuk segera menyedot minyak lebih banyak lagi.
Saat ini, produksi Blok Cepu dari tiga sumur eksisting masih sekitar 20.000 bph hingga 21.000 bph. Tahun ini, BP Migas meminta kepada perusahaan patungan PT Pertamina dan ExxonMobil itu untuk menaikkan produksi Blok Cepu sebesar 5.000 bph atau menjadi 26.000 bph.
Untuk meningkatkan daya sedot itu, caranya dengan menambah peralatan. "Tambah 5.000 bph itu dari sumur yang eksisting. Untuk yang sumur full skill jangan diganggu dulu," kata Rudi.
Rudi optimistis, pengembangan lapangan Banyu Urip ini selesai tepat waktu dan sesuai target. Berdasarkan rencana kerja BP Migas, lapangan Banyu Urip akan mulai berproduksi penuh yakni sebesar 165.000 barel per hari (bph) pada Desember 2014.
Pada Juni 2014, produksi minyak lapangan Banyu Urip masih 90.000 bph. Namun, dalam waktu enam bulan, secara bertahap rata-rata produksi minyak akan mengalami kenaikan hingga mencapai puncak produksi pada 2015. Selanjutnya, “Selama empat tahun kemudian turun lagi," kata Rudi.
ExxonMobil sendiri mengaku masih mengkaji upaya peningkatan produksi tersebut. Yang pasti, Exxon akan tetap mendukung upaya Pemerintah Indonesia meningkatkan produksi minyak nasional.
"Saat ini, kami tengah mengkaji bersama bagaimana meningkatkan produksi menjadi sebanyak 25.000 bph dengan tetap mengutamakan keselamatan, integritas, dan kualitas," tulis Exxon dalam pernyataan resminya
Memang BP Migas boleh optimistis. Namun, sejatinya, proyek Blok Cepu bukannya sepi kendala. Salah satunya, kendala sosial ekonomi dari masyarakat sekitar.
Rudi mengungkapkan, masyarakat sekitar banyak yang meminta lapangan pekerjaan. Padahal, untuk bekerja di perusahaan minyak, sumber daya manusia juga harus memadai. "Mereka bisa bekerja tapi kita lihat dulu untuk level yang mana," kata Rudi.
Selain itu juga, banyak BUMD yang meminta untuk ikut dilibatkan dalam semua tender proyek minyak ini. "BUMD boleh ikut tender tapi mereka adalah sub kontrak dari kelima perusahaan yang memenangkan tender EPC itu," kata Rudi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News