Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten sawit PT Austindo Nusantara Jaya Tbk (ANJT) mengakui pandemi Corona menghambat sejumlah aktivitas bisnis, khususnya mobilitas dan penjualan ekspor.
Lucas Kurniawan, Direktur Keuangan ANJT menjelaskan secara operasional kebun-kebun Austindo Nusantara Jaya tetap beroperasi secara normal dengan menerapkan protokol kesehatan yang dianjurkan oleh pemerintah untuk menghindari risiko penularan wabah Covid-19.
Baca Juga: ANJT meninjau ulang dana belanja modal
"Namun, kami menghadapi kendala terkait mobilisasi orang yang terlibat dalam pengerjaan proyek-proyek kami di kebun dan juga pihak yang terkait dalam proses pengiriman CPO, di mana mereka tidak dapat masuk ke dalam kebun saat situasi PSBB diterapkan di wilayah kami beroperasi," jelasnya kepada Kontan.co.id, Rabu (10/6).
Selain itu, Lucas mengungkapkan penjualan CPO ke negara-negara yang menerapkan lockdown terkendala waktu pengiriman dan loading barang yang lebih lama dari kondisi normal.
Oleh karenanya, Lucas menyatakan secara finansial, Austindo Nusantara Jaya mengalami dampak penurunan harga jual CPO akibat turunnya jumlah konsumsi CPO. Ditambah lagi dengan sentimen turunnya harga minyak dunia dan faktor ketegangan politik dunia.
Adapun emiten sawit berkode saham ANJT di Bursa Efek Indonesia (BEI) ini, mengakui belum bisa buka-bukaan soal proyeksi kinerja pendapatan maupun perbaikan rugi bersih di sepanjang 2020. Soalnya, Lucas bilang banyak faktor yang berpotensi mempengaruhi penurunan harga jual CPO dan PK.
Baca Juga: Kenaikan harga CPO dan PK kerek kinerja Austindo Nusantara Jaya (ANJT) di kuartal I
Namun sebagai gambaran kinerjanya di tahun ini, pada kuartal I 2020 ANJT mampu menorehkan kinerja yang positif. Buktinya saja pendapatan mereka tumbuh 33,52% yoy menjadi US$ 36,79 juta karena harga jual rata-rata CPO dan PK yang membaik.
Menurut catatan Lucas, HJR CPO pada kuartal pertama tahun ini tercatat sebesar US$ 625 per metrik ton (mt). Sedangkan pada kuartal pertama tahun lalu, HJR CPO hanya mencapai US$ 468 per mt. Sementara itu, HJR PK di kuartal pertama 2020 tercatat sebesar US$ 338 per mt. Sebelumnya, HJR PK di kuartal pertama tahun 2019 hanya mencapai US$ 303 per mt.
Di sisi lain, rugi bersihnya juga membaik jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya. ANJT mencatat rugi bersih sebesar US$ 1,2 juta di kuartal I 2020 atau lebih rendah dibandingkan dengan rugi bersih di kuartal I 2019 sebesar US$ 5,9 juta.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News